Selasa, 22 Maret 2016

Laporan PBL II Kel.Tombolo, UjungPangi dan Dampang Kec.Gantarangkeke Kab. Bantaeng

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Permasalahan mengenai kesehatan saat ini menjadi prioritas masalah yang secepatnya harus diselesaikan karena derajat kesehatan akan sangat mempengaruhi kondisi pertumbuhan masyarakat. Status kesehatan tercapai apabila faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika dapat dikendalikan dengan baik, sehingga dapat terjadi keseimbangan. Salah satu dari keempat faktor tersebut, lingkungan merupakan hal yang paling mempengaruhi status kesehatan diikuti dengan perilaku masyarakat.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Tujuan pembangunan dibidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diterapkan pada setiap  potensi yang ada di masyarakat.
Di dalam proses pembangunan “Masyarakat Indonesia Sehat”, tentunya selalu dimulai dari tingkat lapisan paling bawah yakni mulai dari individu, keluarga, kemudian ditingkat komunitas baik ditingkat dusun//RW/kelurahan  hingga tingkat desa, yang selanjutnya beranjak ke tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan akhirnya tercapai Masyarakat Indonesia Sehat.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar merupakan sebuah institusi pendidikan kesehatan yang memiliki komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat melalui pembelajaran di masyarakat berupa kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesehatan di suatu masyarakat sehingga dengan kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat, diharapkan dapat menjadi agent of change, dengan melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan serta bersifat religius, sesuai dengan konsep integrasi ilmu Kesehatan Masyarakat dan Agama Islam.
Dari data primer dan sekunder yang telah diperoleh sebelumnya pada PBL I yang bersumber dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa kepemilikan tempat sampah untuk daerah Tombolo 38.80%, Ujung Pangi  53.73% dan Dampang I 7.47% . Sedangkan untuk Alat Pelindung Diri (APD) untuk pemakaian masker diketiga lingkungan, dari 138 responden, terdapat 44 (31.88%) yang memakai masker dan 94 responden (68.11%) yang tidak memakai. Disamping itu, permasalahan lain yang didapatkan dalam hasil PBL I ialah PHBS. Pada laporan hasil PBL didapatkan bahwa kebiasaan mencuci tangan di Lingkungan Tombolo masih terdapat 32.76% responden, Ujung Pangi 38.79% dan Dampang I 28.45%. Kemudian, untuk masalah imunisasi, dalam data yang telah kami dapatkan di PBL I menunjukkan perkembangan yang sudah cukup baik, yaitu dari 15 responden, terdapat 11 responden (73.3%) yang melakukan kunjungan posyandu dan responden (26.7%) yang tidak melakukan kunjungan posyandu. Sedangkan menurut hasil wawancara dan Focus group Discusion (FGD) diperoleh data bahwa di Lingkungan Tombolo masih banyak masyarakat yang tidak mau balitanya diimunisasi dengan alasan sakit setelah melakukan imunisasi sehingga kami melakukan intervensi berupa penyuluhan imunisasi.
Beberapa prioritas masalah yang kami dapatkan selama pengambilan data pada PBL I dituangkan pada PBL II yaitu mengenai Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pengolahan sampah, dan Imunisasi. Selain beberapa permasalahan yang didapatkan, kami juga melakukan pemetaan aset untuk mengetahui potensi yang ada di Kelurahan Gantarangkeke sehingga aset tersebut dapat dimaanfaatkan saat melakukan intervensi pada PBL II. Berdasarkan data yang didapatkan di PBL I  pada PBL II ini maka kami mampu merencanakan dan melaksanakan kegiatan intervensi kesehatan masyarakat.
Dari beberapa prioritas masalah yang telah didapatkan di Kelurahan Gantarangkeke akan dilakukan beberapa program intervensi yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang didapatkan dengan memberdayakan aset-aset yang ada. Program intervensi yang kami lakukan terdiri dari dua jenis yaitu intervensi fisik dan non fisik. 



B.       Tujuan
1.         Tujuan Umum
Meningkatkan pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang ilmu kesehatan masyarakat dan aplikasinya di tengah-tengah masyarakat.
2.         Tujuan Khusus
a.         Mahasiswa mampu melakukan analisa status kesehatan masyarakat atau community diagnosis melalui kegiatan pengumpulan dan analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif
b.        Mahasiswa mampu membuat identifikasi masalah, mendiagnosis dan investigasi masalah kesehatan dan risikonya di masyarakat berdasarkan “community diagnosis”.
c.         Mahasiswa mampu melakukan pemetaan asset di masyarakat sebagai dasar pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri.
d.        Mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan dasar sebagai seorang “agent of change” di masyarakat.
e.         Mahasiswa mampu menyusun perencanaan kegiatan intervensi (plan of action) berdasarkan evidence base dan asset base.
f.         Mahasiswa mampu melakukan pemberdayaan masyarakat.
g.        Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi.
h.        Mahasiswa mampu membuat laporan kegiatan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan.


C.    Manfaat
1.            Manfaat Ilmiah
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat dan menjadi referensi kepustakaan untuk kedepannya yang tentunya bisa membantu dan memberi manfaat bagi pembaca.
2.            Manfaat Praktis
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi seluruh masyarakat terutama pemerintah setempat atau Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng khususnya Kecamatan Gantarangkeke Kelurahan Gantarangkeke.
3.            Manfaat Bagi Mahasiswa
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa melalui observasi langsung di lapangan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.
4.            Manfaat bagi Masyarakat
Kegiatan PBL ini diharapkan dapat :
a.       Membantu masyarakat dalam mengidentifikasi masalah kebijakan kesehatan, kejadian penyakit, gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, dan perilaku masyarakat.
b.      Membantu masyarakat dalam menyusun prioritas masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat.
c.       Membantu dan bekerja sama dengan masyarakat dalam menyusun alternatif penyelesaian masalah.





















BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI

A.      Keadaan Georafi & Demografi
1.         Letak Lingkungan
Kelurahan Gantarangkeke adalah salah satu kelurahan dari beberapa lingkungan/kelurahan yang terletak di Wilayah Pemerintahan Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Wilayah ini sekaligus menjadi pusat Ibukota Kecamatan Gantarangkeke, jarak tempuh wilayah Kelurahan Gantarangkeke dari Ibukota Kabupaten Bantaeng ± 13 km. Kelurahan Gantarangkeke merupakan Kelurahan di Kabupaten Bantaeng yang memiliki luas wilayah 3,11 km2, dan berada pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut dan mempunyai curah hujan rata-rata 141,28 mm per tahun, serta suhu rata-rata per tahun 32ºC, dengan lahan yang produktif seperti lahan sawah, perkebunan, yang terbagi dalam 4 RW, yaitu RW 1 Tombolo, RW 2 Ujung Pangi, RW 3 Dampang I, dan RW 4 Dampang II. 
2.         Batas Wilayah
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Gantarangkeke, sebagai berikut:
a.         Sebelah Utara      : Kel. Lembang Gantarangkeke (Kecamatan
                              Tompobulu)
b.        Sebelah Timur     : Kel. Kaloling
c.         Sebelah Selatan   : Lingkungan  Tombolo
d.        Sebelah Barat      : Kelurahan Tanah Loe
3.         Administrasi Lingkungan
Pusat pemerintahan Kelurahan Gantarangkeke terletak di RW 3 Dampang I dan untuk menuju kantor Kelurahan Gantarangkeke secara administratif Kelurahan Gantarangkeke terbagi atas 4 RW, yaitu:
a.         RW I Tombolo terdiri 3 RT
b.        RW II Ujung Pangi terdiri 4 RT
c.         RW III Dampang I terdiri 4 RT
d.        RW IV Dampang II terdiri 3 RT
Setiap RW dipimpin oleh seorang ketua RW dan dibantu oleh ketua RT. Sistem pemerintahan yakni, camat sebagai penyelenggara tugas umum pemerintahan lingkungan/kelurahan dan lurah pada dasarnya bertanggung jawab kepada masyarakat kelurahan dan prosedur pertanggung jawaban disampaikan ke bupati melalui camat. Kemudian lurah bersama dengan LPM wajib memberikan keterangan laporan pertanggung jawaban kepada masyarakatnya.
4.         Orbitasi  (Jarak Tempuh dari Pusat Pemerintahan)
a.         Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan       : ± 6 km           
b.        Jarak dari Ibu kota Kabupaten                         : ± 13 km
c.         Jarak dari ibu Kota Provinsi                             : ± 135 km


5.         Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kelurahan Gantarangkeke pada tahun 2014 tercatat 4.033 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2149 jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak 1884 jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga di Kelurahan Gantarangkeke pada tahun 2014 tercatat sebanyak 915 kepala keluarga dengan 779 kepala keluarga laki-laki dan 136 kepala keluarga wanita.

B.       Keadaan Sosial Budaya
Pada awalnya Kelurahan Gantarangkeke berasal dari wilayah Kecamatan Tompobulu lalu ke wilayah Kecamatan Pajjukukang, namun pada tahun 2006 Kecamatan Pajjukukang dimekarkan menjadi 2 wilayah yaitu Kec. Pajjukukang dengan Kec. Gantarangkeke, namun Kel. Gantarangkeke berada pada wilayah pemerintahan Kecamatan Gantarangkeke. Menurut penduduk setempat, nama Kelurahan Gantarangkeke berasal dari nama Lembang Tanah Loe (Dataran Yang Bertanah Banyak). Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke memiliki budaya yang sampai sekarang masih diberlakukan yaitu budaya baruga. Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke masih menjunjung tinggi budaya gotong royong, dan hubungan antar tetangga cukup harmonis khususnya di lingkungan Dampang.
Selain itu, di Kelurahan Gantarangkeke banyak terdapat situs-situs budaya peninggalan purbakala yang menjadi saksi sejarah zaman dulu. Rumah adat yang terletak di RT1 RW3 Dampang, menjadi pusat pelaksanaan acara adat yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun yakni setiap tanggal 2-4 Juni. Acara adat ini merupakan suatu pesta rakyat yang selalu ramai dikunjungi oleh beberapa wisatawan lokal dan non lokal. Situs budaya peninggalan zaman dulu menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut. Di Gantarangkeke dikenal ada empat Babang (pintu) yaitu, Babang Bone, Babang Luwu, Babang Bantaeng dan Babang Gowa. Setiap Babang dijaga oleh seorang To Barani (Pemberani). Keempat Babang itu merupakan jalan masuk dari orang-orang yang datang ke Gantarangkeke untuk melakukan pertarungan (massaung). Daerah  ini memang dikenal sebagai tempat Passaungan Tau (adu ketangkasan dari para pemberani zaman itu). Setelah Bantaeng menjadi satu kerajaan yang utuh maka Gantarangkeke tetap menjadi satu daerah yang semi otonom dengan sistem adat yang mereka atur sendiri dan tetap melaksanakan kebiasaan-kebiasaan adat mereka.

C.      Status Kesehatan
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada umumnya masyarakat di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I, Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, memeriksakan kesehatannya di Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan yang mudah untuk dijangkau dari segi wilayah dan materinya.


D.      Perekonomian Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke
1.         Sumber mata pencaharian pokok
Berdasarkan hasil survey lapangan, di ketahui jenis – jenis mata pencaharian  pokok dan sampingan di Kelurahan Gantarangkeke yakni sebagai berikut :
a.         Petani pemilik
b.        PNS
c.         Wirausaha
d.        Pensiunan
e.         Petani penggarap
f.         Tukang kayu, tukang bangunan
g.        Peternak
h.        Perbengkelan
i.          Buruh tani dan buruh bangunan, serta beberapa warga yang merantau keluar daerah untuk mencari nafkah.
2.         Sumber Daya Alam pendukung pendapatan masyarakat
a.         Pertanian
1)        Tanaman Kakao
Dari luas wilayah Kelurahan Gantarangkeke, 85% diantaranya ditanami tanaman kakao sehingga hasil produksi kakao menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi masyarakat Kelurahan Gantarangkeke.
Tanaman kakao telah dibudidayakan sekitar tahun 1970-an, dan petani kakao memanen kakao dua kali setahun dan akan berlanjut kembali ditahun berikutnya. Jika dihitung permusim, dapat menghasilkan sekitar 100 kg perhektarnya, jika pertumbuhan tanaman kakao tersebut berjalan normal. Akan tetapi, selama tahun 2000-an penghasilan kakao menurun sangat drastis disebabkan oleh banyaknya hama batang maupun buah, sehingga banyak petani yang menebang pohon kakao miliknya karena sudah tidak dapat berproduksi lagi dengan baik, serta kesadaran masyarakat tani kakao dalam hal perawatan yang efektif masih sangat rendah.
Berdasarkan problem tersebut, dapat dianalisa bahwa petani terkendala oleh serangan hama dan cara penanggulangan serta perawatan yang belum maksimal, pemanenan kakao dilakukan dalam beberapa kali tahapan, yaitu tahap pemetikan (panen), dan perawatan (pasca panen). Setelah panen maka proses selanjutnya adalah pengeringan dengan sinar matahari.
2)        Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh merupakan salah satu komoditas andalan oleh masyarakat dilihat dari luas wilayah Kelurahan Gantarangkeke, sekitar 60% ditanami dengan tanaman cengkeh. Tanaman ini merupakan paling tinggi harganya sejak tahun 2000-an diantara tanaman jangka panjang lainnya.
3)        Tanaman Padi
Lahan persawahan di Kelurahan Gantarangkeke tidak terlalu luas karena keadaan atau lahan yang ada kebanyakan lahan perkebunan. Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke sebagian mempunyai lahan sawah untuk ditanami padi dan selama ini petani Kelurahan Gantarangkeke sebagian besar menanam padi untuk dijadikan kebutuhan makanan dan sebahagian dari hasil pertanian tersebut dijual untuk keperluan biaya kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, kebanyakan masyarakat Kelurahan Gantarangkeke mempunyai lahan sawah yang terletak di lingkungan/kelurahan lain.
Walaupun demikian, sebagian besar petani di Kelurahan Gantarangkeke berstatus sebagai petani sekaligus penggarap saja, karena kebanyakan lahan pertanian utamanya yaitu lahan sawah dikuasai oleh mereka sendiri dan sebagian masyarakat di RW lain juga merupakan petani penggarap saja.
4)        Tanaman Jagung
Pada dasarnya petani di Kelurahan Gantarangkeke selain membudidayakan tanaman jangka panjang, mereka juga membudidayakan tanaman jangka pendek (jagung). Tanaman ini ditanam dengan pola tumpangsari yakni dengan satu lahan pertanian ditanami bermacam-macam tanaman termasuk tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan tanaman musiman, namun dijadikan sebagai tanaman pokok ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang dapat membudidayakan jagung pada atau setelah panen padi. Biasanya, petani jagung di Kelurahan Gantarangkeke memetik hasil pertanian, kemudian mengeringkan dan akhirnya dijual kepada pedagang pengumpul yang biasanya berasal dari luar lingkungan, atau mereka sendiri yang memasarkannya di pasar yang terletak di pusat kota kabupaten Bantaeng.
5)        Pohon Kapok
Tanaman kapok adalah salah satu tanaman jangka panjang produktif yang dominan ditanam oleh masyarakat yang berdomisili di RW1 dan RW2. Tanaman ini dipanen satu kali dalam setahun dan hasil dari kapok tersebut bisa dibuat menjadi kasur, bantal dan lain-lain. Hanya saja masyarakat tidak mengembangkan usaha tersebut karna tanaman kapok ini hanya ditanam untuk dijadikan pembatas lahan kebun dan tanaman ini tidak banyak di tanam oleh masyarakat Gantarangkeke.
6)        Tanaman Rambutan.
Tanaman rambutan banyak ditanam oleh masyarakat Gantarangkeke, di kebun maupun di depan rumah warga. Dari luas wilayah Kelurahan Gantarangkeke sebanyak 10% adalah tanaman rambutan, komoditi rambutan bukan komunitas andalan di Kelurahan Gantarangkeke disebabkan ditanam bukan dalam jumlah besar tapi untuk komsumsi pribadi atau keluarga. Rambutan dipanen satu kali satu tahun setiap musim panen, sayangnya komoditi ini belum dikembangkan menjadi komoditi prioritas disebabkan oleh keterbatasan lahan yang sudah penuh dengan berbagai jenis tanaman. Lahan pertanian rambutan yang murni rambutan semua milik warga Kelurahan Gantarangkeke, itu tidak ada. Semuanya lahan campuran, kecuali lahan milik orang luar  yang terdapat di Kelurahan Gantarangkeke.
7)        Tanaman Palawija
Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke umumnya menanam tanaman palawija untuk dikomsumsi oleh mereka dalam rumah tangganya dan tidak sedikit juga menjualnya dipasar untuk memenuhi kebutuhan dan sebagai sumber pendapatan mereka sehari-hari. Masyarakat juga biasa menanam tanaman palawija seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang panjang, dan ubi kayu. Selain palawija, masyarakat mengembangkan tanaman sayuran sebagai tanaman alternatif pada musim kemarau. Tanaman tersebut ditanam baik disawah maupun di kebun tetapi tidak rutin dilakukan setiap tahun karena tergantung dari curah hujan, padahal dari tanaman ini petani memperoleh pendapatan cukup signifikan dibanding tanaman padi atau jagung, jika tanaman ini tumbuh dengan baik dan harga jualnya cukup stabil.
b.        Peternakan
Potensi ternak di Gantarangkeke tergolong besar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya rumah tangga yang memiliki ternak seperti ternak sapi, kuda, kambing, dan ayam.

E.       Mobilisasi Aset
Pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I telah dilakukan pendataan dari rumah ke rumah (door to door) yang akan dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan intervensi kesehatan yang akan dilakukan di wilayah kerja posko 12. Wilayah kerja posko 12 meliputi tiga lingkungan yaitu Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi dan Dampang I. Pendataan yang dilakukan bukan hanya terkait masalah kesehatan namun aset-aset yang ada pada masyarakat diketiga lingkungan tersebut juga didata. Adapun rincian aset-aset yang berada di Lingkungan Tombolo, Ujung pangi, dan Dampang I adalah sebagai berikut:
1.         Lingkungan Tombolo          : Imam Kelurahan, Masjid Nurul Jihad, guru mengaji, kader posyandu, kelompok Tani Tombolo, pabrik gabah, kebun dan sawah.
2.         Lingkungan Ujung Pangi     :  Masjid, kebun coklat, kelompok Tani, pengajar dasar Al-Quran, Kantor Urusan Agama (KUA), bengkel, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sekretariat Margaluyu dan DEMPLOT Terpadu  SP-PHT, Mesjid Syuhada 45, sekretariat Kelompok Tani, Posyandu Mawar, DEMPLOT Penanaman dan Kebun Terpadu SP-PHT Kelompok Tani Sinar Ujung dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Nurul Khairat.
3.         Lingkungan Dampang I       : Jembatan / Sungai, mushollah, sekretariat Kelompok Tani Talaka, kebun, pabrik kayu / somel, sawah, rumah adat  Gantarangkeke dan situs– situs budaya.
Pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II, program intervensi dilakukan dengan memberdayakan aset-aset yang ada di lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil prioritas masalah dan Focus Group Discussion (FGD)  yang dilakukan bersama masyarakat di ketiga Lingkungan tersebut, terdapat beberapa intervensi yang dilakukan kepada masyarakat yaitu masalah imunisasi, pengelolaan sampah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
1)        Imunisasi
Menurut hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama tokoh masyarakat ditemukan bahwa pada Lingkungan Tombolo, imunisasi menjadi salah satu masalah yang memprihatinkan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran orang tua khususnya ibu balita yang mau membawa anaknya untuk imunisasi di posyandu.  Untuk mengatasi masalah tersebut, kami melakukan intervensi dengan mengadakan penyuluhan di Posyandu Mawar I dengan harapan pengetahuan ibu balita terkait imunisasi meningkat. Adapun aset yang digunakan pada saat melakukan penyuluhan adalah aset fisik yaitu Posyandu Mawar I dan aset sumber daya manusia yaitu kader posyandu dan tokoh masyarakat lingkungan Tombolo.
2)        Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan salah satu masalah yang sangat besar bagi kelurahan Gantarangkeke. Masyarakat di Kelurahan Gantarangkeke memiliki kebiasaan membuang sampah di sekitar rumah dengan metode open dumping yaitu membuang sampah tanpa adanya perlakuan seperti mendaur ulang untuk sampah plastik khususnya sampah anorganik seperti plastik makanan dan minuman. Bahkan masyarakat juga masih banyak yang membuang sampah di saluran air/selokan. Hal ini berdampak kepada kondisi lingkungan yang sangat merugikan bagi masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh sampah yang telah dibuang ke saluran air/selokan akan menyumbat saluran air/selokan sehingga pada saat turun hujan selokan akan tersumbat dan terjadi banjir di sepanjang jalan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kami melakukan  dua program intervensi yaitu pembentukan Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke dan pelatihan daur ulang sampah plastik. Adapun aset yang digunakan pada pembentukan Bank Sampah adalah aset fisik yaitu Aula Kantor Kecamatan Gantarangkeke dan Aula Kantor Kelurahan Gantarangkeke, aset organisasi/asosiasi yaitu Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Bantaeng, Puskesmas Dampang, Kelompok Tani Talaka dan Kelompok Tani Jaya, aset sumber daya manusia yaitu aparat pemerintah Kelurahan Gantarangkeke, tokoh masyarakat, tokoh agama. Sedangkan aset yang digunakan pada program pelatihan daur ulang adalah aset fisik berupa rumah ketua Majelis Ta’lim Kelurahan Gantarangkeke, aset sumber daya manusia yaitu tokoh masyarakat dan ketua Majelis Ta’lim Kelurahan Gantarangkeke.
3)        Penggunaan Alat pelindung Diri (APD)
Pada Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi dan Dampang I, mayoritas pekerjaan masyarakat adalah petani. Pada hasil pendataan, ditemukan bahwa kebanyakan petani tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat menyemprotkan pestisida. Oleh karena itu kami melakukan intervensi dengan mengadakan penyuluhan di Kelompok Tani Jaya terkait pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Adapun aset yang digunakan adalah aset fisik yaitu sekretariat Kelompok Tani Jaya, aset organisasi yaitu Kelompok Tani Jaya, aset sumber daya manusia yaitu pegawai kelurahan Gantarangkeke dan tokoh masyarakat.
4)        Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program intervensi terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa penyuluhan yang dilakukan di SD Inpres Dampang dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SD Inpres Dampang menggunakan aset fisik berupa ruang kelas yang berada di lingkungan SD Inpres Dampang dan sumber daya manusia berupa guru-guru, kepala sekolah dan murid-murid SD Inpres Dampang. Sedangkan aset yang digunakan ketika penyuluhan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung adalah aset fisik berupa ruang kelas di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung dan sumber daya manusia berupa guru dan murid Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung.



















BAB III
URAIAN KEGIATAN

A.      Permasalahan Kesehatan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang berlokasi di Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng belangsung selama dua minggu (14 hari) yaitu mulai dari tanggal 11-24 Januari 2016. Untuk Posko 12, wilayah kerja berada di Kelurahan Gantarangkeke, yaitu di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I. PBL II ini merupakan tindak lanjut dari PBL I sebelumnya.
Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil wawancara kepada warga Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng dengan menggunakan instrument kuesioner pada PBL I, kami sudah dapat merumuskan beberapa indikator masalah yang kami susun dalam beberapa prioritas masalah yang akan menjadi program kerja kami selama PBL II yang merupakan wujud intervensi kami terhadap masalah yang kami prioritaskan atau utamakan.
Beberapa indikator masalah kesehatan yang kami temukan pada PBL I yaitu:
1.         Kurangnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya
2.         Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3.         Penggunaan APD yang tidak tepat
4.         Kurangnya minat untuk melakukan Imunisasi pada Ibu dan Balita
Berbagai permasalahan kesehatan tersebut selanjutnya di analisa melalui metode penentuan prioritas masalah untuk menentukan masalah kesehatan mana yang bisa untuk diatasi melalui pelaksanaan intervensi.

B.       Penentuan Prioritas Masalah
Kegiatan dari PBL II ini merupakan intervensi dari prioritas masalah yang ditetapkan pada PBL I. Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode CARL. Metode CARL adalah metode penentuan prioritas masalah yang baru di dunia kesehatan. Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 1-5. Kriteia CARL tersebut mempunyai arti:
C  : Capability yaitu ketersedian sumber daya (dana, sarana, dan peralatan).
A  : Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada ketersedian metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R  : Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L  : Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria CARL dan diisi skornya. Nilai total merupakan hasil perkalian : C × A × R × L.
Berikut penentuan prioritas masalah kesehatan di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng dengan metode CARL sebagai berikut:
No.
Masalah
C
A
R
L
Nilai
Rank.
1.
Kurangnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya
4
2
4
4
128
II
2.
Penggunaan APD yang kurang tepat
4
2
3
3
72
IV
3.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3
5
3
2
90
III
4.
Kurangnya minat Imunisasi terhadap Ibu dan Balita
4
4
3
3
144
I

Selanjutnya penentuan prioritas masalah dilakukan dengan melihat peringkat urgensi dan kemampuan intervensi terhadap masalah tersebut. Dari table tersebut, maka diperoleh prioritas masalah yang kami jadikan sebagai acuan kegiatan PBL kali ini diantaranya:
1.         Kurangnya Kesadaran Membuang Sampah pada Tempatnya
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya menjadi permasalahan pentingdi Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Hal ini menyebabkan banyaknya sampah yang berserakan di jalan dan di sekitar rumah penduduk. Ini tentu bukan hal yang baik mengingat sampah selain dapat menjadi sumber dan penularan penyakit, sampah juga berdampak pada kesehatan dan kelestarian lingkungan sekitar.
Padahal dalam sebuah hadist, Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : Diriwayatkan dari Sa’ad bin AbiWaqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw: Sesungguhnya Allah SWT itu suci dan menyukai hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu, bersihkanlah tempat-tempatmu. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadist tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk membersihkan tempat-tempatnya, menjaga kebersihan dan keindahan, karena ditegaskan bahwa Allah Swt. Menyenangi hal tersebut.
Oleh karena itu, pada PBL II ini, kami melakukan intervensi terhadap permasalahan sampah di masyarakat. Intervensi yang kami lakukan adalah intervensi fisik berupa penyusunan pengorganisasian Bank Sampah di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Dalam intervensi ini, kami bekerja sama dengan Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bantaeng, sebagai pemateri dalam pengorganisasian Bank Sampa ini. Serta, kami memanfaatkan aset individu tokoh masyarakat untuk mendorong inisiatif masyarakat untuk menyelesaikan masalah sampah di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
2.         Kurangnya Kesadaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Hasil pendataan PBL I menunjukkan bahwa kebanyakan petani masih bertani tanpa memakai APD, utamanya saat menyemprot dan mencampur pestisida. Hal ini tentu berbahaya mengingat bahan kimia dalam pestisida dapat membahayakan kesehatan petani.
Sebelum pelaksanaan intervensi, kami melakukan survey dan tanya jawab dengan petani atau pihak-pihak terkait, demi menentukan intervensi  yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan tujuan pencapaian yang diharapkan.
Intervensi pemecahan masalah kesadaran penggunaan APD ini kami laksanakan dengan intervensi non fisik. Intervensi non fisik, kami laksanakan melalui penyuluhan bahaya pestisida serta kegunaan alat pelindung diri  dan pentingnya APD dalam bertani, dengan harapan kesadaran penggunaan APD di kalangan petani akan meningkat.
3.    Kurangnya Kesadaran Personal Higiene (Cuci Tangan dan Sikat Gigi) Utamanya Anak-Anak
Jumlah anak-anak di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng cukup banyak, namun perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk melaksananakan intervensi fisik dan non fisik sekaligus.
Intervensi fisik kami dahului dengan intervensi non fisik sebelumnya.Dan sebelum pelaksanaan intervensi non fisik, kami melaksanakan penyuluhan  mengenai pengetahuan, kesadaran, dan perilaku anak-anak terhadap PHBS dasar mencakup cuci tangan dan sikat gigi.
Intervensi non fisik kami laksanakan di Play Group Sinar Ujung, Ujung Pangi Intervensi non fisik berupa penyuluhan dengan bahasa dan metode penyampaian yang ringan, menyenangkan, komunikatif, mengingat sasaran penyuluhan adalah anak-anak. Sedangkan intervensi fisik yang kami laksanakan adalah aksi sikat gigi dan cuci tangan bersama. Hal ini dilakukan untuk menanamkan kebiasaan untuk menyikat gigi dan mencuci tangan kepada anak-anak.
4.         Kurangnya Minat Imunisasai terhadap Ibu dan Anak
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan Imunisasi terhadap Ibu dan Anak menjadi permasalahan penting di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan, kurangnya minat masyarakat terhadap imunisasi dikarenakan oleh demam anak setelah dilakukannya imunisasi. Padahal, ini merupakan respon alami yang terjadi pasca pemberian imunisasi. Hal ini menyebabkan kerentanan anak terhadap penyakit-penyakit menular tertentu.
Oleh karena itu, pada PBL II ini kami melakukan intervensi terhadap permasalahan sampah di masyarakat. Intervensi yang kami lakukan adalah intervensi nonfisik berupa penyuluhan tentang pentingnya imunisasi beserta respon alamiah yang ditimbulkan pasca imunisasi di dalam tubuh.

C.      Plan of Action (POA)
Plan of Action (POA) merupakan rumusan perencanaan kegiatan yang dibuat dan akan dilaksanakan selama PBL II terkait dengan priorotas masalah yang telah disetujui oleh semua anggota kelompok, pemerintah setempat serta tokoh agama dan tokoh masyarakat, dimana nanti dipaparkan saat seminar awal atau FGD. POA yang dibuat merupakan rencana kegiatan intervensi fisik dan non-fisik dan kebanyakan intervensi yang kami lakukan adalah intervensi non-fisik.
POA yang disusunmencakup jenis kegiatan yang dilakukan, tujuan, sasaran, target, waktu, volume kegiatan, lokasi, perkiraan biaya (Rp), hasil yang diharapkan, penanggung jawab dan keterangan (terlampir POA). Setiap intervensi yang dilakukan memiliki tujuan dan masalah, begitu pula dengan sasaran kegiatan yang meliputi tokoh masyarakat, tokoh agama, bapak-bapak, siswa/anak-anak yang berada di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng.
Dana/biaya serta bahan dan alat yang digunakan saat intervensi, merupakan dana pengumpulan kelompok serta bantuan dari Dinas Kesehatan. Waktu dan tempat pelaksanaan intervensi ditentukan dengan kesepakatan bersama antara kami dan beberapa pihak pemerintah setempat. Untuk indikator keberhasilan yang kami tetapkan yaitu berdasarkan tujuan intervensi dari masing-masing prioritas masalah. Untuk kelancaran kegiatan, kami menetapkan satu atau lebih penanggung jawab untuk berperan mengontrol kegiatan yang dilangsungkan.
1.         FGD
a.         Tema
Pemaparan program kerja yang dilakukan selama PBL II
b.         Waktu dan Tempat         
Kamis, 14 Januari 2016, Pukul 19.00 – selesai (wita) bertempat di Masjid Nurul Jihad, Tombolo.
c.         Biaya/Sumber Dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp 50.000 dari dana posko 12.
d.        Penanggung jawab
Muh. Arsyad
e.         Peserta     
Adapun peserta pada kegiatan FGD ini adalah Ketua RT I Kel. Gantarangkeke, Ketua RT II  RW I Kel. Gantarangkeke, Ket. RW I Kel. Gantarangkeke, Ketua RW II Ke. Gantarangkeke, Ketua RW III Kel. Gantarangkeke, Kader Posyandu (Jumlah Peserta : 21 Orang).
f.          Hasil        
Pemaparan hasil selama PBL I yang dilakukan oleh posko 12 dalam diskusi yang dilakukan ketua posko masing-masing mendapatkan respon yang berbeda-beda dari peserta FGD yang hadir. Pemaran hasil  (masalah) yang di dapatkan di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng mengenai sampah yang tidak memiliki tempat pembuangan akhir, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani saat bertani dan anak-anak yang masih berusia dini masih kurang dalam pengetahuan PHBS dan sikat gigi. Pemaparan intervensi yang ingin kami lakukan yaitu penyuluhan mengenai PHBS dan sikat gigi untuk anak usia dini, alat pelindung diri (APD), pemanfaatan sampah dan Imunisasi.

2.         Penyuluhan PHBS dan Sikat Gigi
a.         Tujuan
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah pengetahuan siswa terkait pentingnya PHBS dan sikat gigi.
b.        Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini ditujukan kepada Siswa/i SDI Dampang dan Play Group Ujung Pangi.
c.         Biaya/sumber dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp.20.000 dari dana posko 12.
d.        Waktu
Pukul 10.00 15-16 Januari 2016.
e.         Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di SDI Dampang dan Play Group Ujung Pangi
f.         Aset
Aset yang kami manfaatkan di sini adalah SDM, yaitu antusias anak-anak tentang penyuluhan terkait kesehatan serta guru-guru yang ada di lingkungan sekolah. Aset fisik yaitu, lingkungan Sekolah itu sendiri.
g.        Penanggung jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Husnul Khatimah dan Muli Resky.
h.        Tahapan Kegiatan
1)        Jumat, 15 Januari 2016 pukul 08:00 pengurusan perizinan tempat kepada Kepala Sekolah untuk melakukan penyuluhan di kelas V dan VI.
2)        Persiapan materi, pretest dan post test.
3)        Sabtu, 16 Januari 2016, pukul 10:30 – 11:30 penyuluhan serta pre test dan post test dilaksanakan.
3.         Penyuluhan Imunisasi
a.         Tujuan
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait dampak buruk dari tidak Imunisasi serta efek alamiah Imunisasi di Lingkungan Tombolo Kelurahan Gantarangkeke.
b.        Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini ditujukan kepada Ibu yang memiliki balita.
c.         Biaya/sumber dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp.20.000 dari dana posko 12.
d.        Waktu
Pukul 10.00 Ahad, 18 Januari 2016.
e.         Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Mawar I Tombolo.
f.         Penanggung jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah St. Hasnah Hardiyanti dan Wihda Arfiah.
g.        Tahapan Kegiatan
1)        Kamis, 14 Januari 2016. Diskusi dilakukan dengan kader Posyandu Mawar I terkait masalah keadaan dan jumlah ibu balita yang membawa balitanya ke Posyandu Mawar I yang dirangkaikan dalam Focus Group Discussion (FGD).  Dari hasil diskusi diperoleh hasil bahwa dari 30 jumlah balita di wilayah kerja Posyandu Mawar I, hanya sekitar 12-15 balita yang sering dibawa ke Posyandu Mawar I. Oleh karena itu, kami diminta mengadakan penyuluhan sesuai jadwal penimbangan balita di Posyandu Mawar I.
2)        Jum’at, 15 Januari 2016. Pembuatan dan pencetakan  kuesioner pre test dan post test tentang pengetahuan imunisasi balita.
3)        Sabtu, 16 Januari 2016. Penyuluhan serta Pretest dan Posttest  dilaksanakan.
4)        Ahad, 17 Januari 2016. Pemerikasaan jawaban dilakukan.

4.         Penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD)
a.         Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat utamanya para petani tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
b.        Sasaran
Kelompok Tani Jaya Dampang
c.         Tempat
Adapun tempat yang dijadikan lokasi penyuluhan yaitu Rumah Ketua Kelompok Tani Jaya Dampang.


d.        Waktu
Waktu dalam melakukan penyuluhan mengenai alat pelindung diri yaitu hari Ahad tanggal 18 Januari 2015. Pukul 19.00-selesai.
e.         Penggung Jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Nur Aprianty H. dan    Dewi Hardiyanti Amiq.
f.         Tahapan Kegiatan
1)        Jum’at 15 Januari 2016 perizinan tempat penyuluhan di rumah Ketua Kelompok Tani Jaya Dampang.
2)        Sabtu, 16 Januari 2016, persiapan materi dan kuisioner.
3)        Minggu, 17 Januari 2016, penyuluhan dan diskusi hambatan-hambatan tentang alasan tidak menggunakan APD dilaksanakan.

5.    Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik, dan Sosialiasi dan Pengorganisasian Bank Sampah
a.         Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik
1)        Tujuan
Untuk meningkatkan kreatifitas Ibu Rumah Tangga yang ada di Desa Dampang guna mengurangi volume sanpah plastic di Kelurahan Gantarangkeke
2)        Sasaran
Ibu Rumah Tangga

3)        Penanggung Jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Sherli Wahyuni dan Meliherdianti.
4)        Tempat dan waktu
Pelatihan daur ulang sampah dilakukan pada tanggal 17 Januari 2016 di rumah ketua Kelompok Tani Jaya. Peserta dari Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini yaitu ibu-ibu Majelis Ta’lim Dampang. Jumlah peserta dari kegiatan pelatihan tersebut sebanyak 15 orang. Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini merupakan salah satu program yang dilakukan bersama posko 11.
5)        Tahapan Kegiatan
a)        Rabu, 13 Januari 2016. FGD yang dilaksanakan oleh posko 11 di kantor kelurahan Gantarangkeke dilaksanakan. Pelatihan daur ulang disetujui untuk dijadikan sebagai intervensi Posko 11 san 12.
b)        Kamis, 14 Januari 2016. Persiapan pengumpulan sampah sebagai bahan pelatihan daur ulang.
c)        Jumat, 15 Januari 2016. Kunjungan kediaman Ketua Kelompok Tani untuk perizinan tempat dan waktu dilaksankannya pelatihan daur ulang serta permintaan partisipasi pengadaan peserta oleh Istri Ketua Kelompok Tani yakni, Ibu-ibu Majelis Ta’lim Dampang.
d)       Ahad, 17 Januari. Pelaksanaan pelatihan daur ulang sampah yang dihadiri oleh 15 orang Ibu-ibu majelis Ta’lim Dampang berjalan dengan lancar.

b.         Sosialisasi dan Pengorganisasian Bank Sampah
1)        Tujuan
Untuk membantu masyarakat dan pemerintah kelurahan Gantarangkeke dalam menangani masalah sampah yang ada.
2)        Sasaran
Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke
3)        Penanggung Jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Muh. Arsyad dan St. Hasnah Hardiyanti.
4)        Tempat dan Waktu
Bank sampah adalah suatu wadah yang akan digunakan untuk mengelolah sampah-sampah anorganik yang ada di wilayah kelurahan Gantarangkeke. Sosialisasi terkait bank sampah dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 Januari 2016 di Aula Kantor Kelurahan Gantarangkeke.
5)        Tahapan Kegiatan
a)        Senin, 11 Januari 2016. Pembuatan proposal dan persutan permintaan bantuan untuk intervensi Bank Sampah.
b)        Selasa, 12 Januari 2016. Kunjungan ke Dinas Kesehatan dan Bapedalda dalam rangka pengurusan surat keluar tentang proposal dan bantuan intervensi Bank Sampah.
c)        Kamis, 14 Januari 2016. Follow up persuratan keluar di Bapedalda dan pertemuan langsung Kepala Badan serta pemaparan intervensi Bank Sampah. Dalam kunjungan ini, surat keluar untuk Bapedalda disetujui.
d)       Sabtu, 16 Januari sampai pada tanggal 17 Januari 2016. Pengurusan penyuratan kelurahan untuk tempat dan kehadiran, Ketua RW, Ketua RT dan Tokoh Masyarakat lainnya.
e)        Senin, 18 Januari 2016. Sosialisasi pengorganisasian Bank Sampah kemudian dilaksanakan. Dari hasil sosialisasi serta diskusi, salah satu warga rela untuk menghibahkan tanahnya untuk dijadikan tempat kegiatan Bank Sampah.
f)         Selasa, 19 Januari. Diskusi pembentukan kepengurusan Bank Sampah dilaksanakan. Diskusi ini dihadiri oleh Tokoh Masyarakat, Sekertaris Lurah dan anggota Kelompok Tani. Maka terbentuklah pengurus Bank Sampah ini dalam bentuk berita acara dan SOP (terlampir) yang ditandatangani langsung oleh Lurah Gantarangkeke.


BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil Kegiatan
1.         Hasil FGD
a.    Waktu     
Kamis, 14 Januari 2016    Pukul 19.00 – selesai (wita)
b.    Tema       
Pemaparan program kerja (Intervensi) yang dilakukan selama PBL II
c.    Tempat`  
Masjid Nurul Jihad Tombolo
d.   Peserta    
Ketua RT I Kel. GantarangKeke, Ketua RT II  RW I Kel.  GantarangKeke, Ket. RW I Kel. GantarangKeke, Ketua RW II Ke. GantarangKeke, Ketua RW III Kel. GantarangKeke, Kader Posyandu(Jumlah Peserta : 21 Orang).
e.    Hasil 
Pemaparan hasil selama PBL I yang dilakukan oleh posko 12 dalam diskusi yang dilakukan ketua posko masing-masing mendapatkan respon yang berbeda-beda dari peserta FGD yang hadir. Pemaran hasil  (masalah) yang di dapatkan di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng mengenai sampah yang tidak memiliki tempat pembuangan akhir, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani saat bertani dan anak-anak yang masih berusia dini masih kurang dalam pengetahuan PHBS dan sikat gigi.
Pemaparan intervensi yang ingin kami lakukan yaitu penyuluhan mengenai PHBS dan sikat gigi untuk anak usia dini, alat pelindung diri (APD), pemanfaatan sampah dan Imunisasi.
1)        Penyuluhan Mengenai PHBS dan Gosok Gigi
Penyuluhan mengenai PHBS dan menggosok gigi sasarannya tertuju pada anak usia dini yaitu play group Sinar Ujung Lingkungan Ujung Pangi Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, dimana kami mengangap setelah mendapatkan penyuluhan anak-anak tersebut dapat memahami dan menyebarkan informasi tersebut kepada keluarga dan orang-orang disekitar mereka untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat selain itu juga diharapkann agar anak-anak sedini mungkin telah mengetahui bahaya dan dampak yang akan ditimbulkan apabila PHBS dan Menggosok gigi tidak diterpakan sehari-sehari.
2)        Penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD).
Penyuluhan mengenai alat pelindung diri (APD) tertuju pada petani yang berada di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke  Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng dan memperlihatkan setidaknya masker sederhana yang bisa digunakan saat bertani agar pestisida yang disemprotkan dapat dinetralisir atau dapat dikurangi selain itu juga dengan menggunakan pakaian yang tertutup saat bertani agar mereka dapat terhindar dari gatal-gatal mata memerah dan hal-hal yang dapat menggangu kesehatan.
3)        Penyuluhan Sampah, Pengolahan Kembali Sosialiasi Pengorganisasian Bank Sampah.
Penyuluhan mengenai sampah tertuju pada anak-anak dan para tokoh masyarakat Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke  Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Intervensi yang digunakan adalah penyuluhan dan mempraktekkan langsung pemanfaatan sampah yang terbuang yaitu dengan membuatnya sebagai kerajinan tangan. Pembuatan mengenai kerajinan tangan dan pengorganisasian Bank Sampah mendapatkan respon yang sangat baik dari para peserta FGD yang hadir, mereka lebih tertarik untuk membuat kerajinan tangan serta sagat antusias dengan wacana adanya sampah yang dapat dibeli. Selain itu dengan pengolah sampah dengan kerajinan tangan mereka dapat mengemat dalam hal ini mengenai ekonomi karena dibuat sendiri. Kemudian, untuk pengorganisasian Bank Sampah para tokoh masyarakat akan berpartisipasi dalam merintis organisasi Bank Sampah ini.
2.         Penyuluhan PHBS danSikat Gigi
a.         Tujuan
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah pengetahuan siswa terkait pentingnya PHBS dan sikat gigi.
b.        Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini ditujukan kepada Siswa/i SDI Dampang dan Play Group Ujung Pangi.
c.         Biaya/sumber dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp.20.000 dari dana posko 12.
d.        Waktu
Pukul 10.00 15-16 Januari 2016.
e.         Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di SDI Dampang dan Play Group Ujung Pangi
f.         Aset
Aset yang kami manfaatkan di sini adalah SDM, yaitu antusias anak-anak tentang penyuluhan terkait kesehatan serta guru-guru yang ada di lingkungan sekolah. Aset fisik yaitu, lingkungan Sekolah itu sendiri.
g.        Penanggung Jawab
Penanggungjawab dalam kegiatan ini adalah Husnul Khatimah dan Muli Resky.
h.        Indikator Keberhasilan
1)        Input   : Target peserta - 60
            : Peserta Hadir - 49
2)        Proses  : Target penyuluhan – 90 menit
            : Realisasi – 120 menit
3)        Output : Terjadi peningkatan pengetahuan dari sebelum dan setelah penyuluhan.
i.          Analisis Univariat
1)        Karakteristik Responden Penyuluhan PHBS di SD Inpres Dampang
Tabel 1.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur  Responden yang Diberikan Penyuluhan Tentang PHBS
di SD Inpres Dampang Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016

Karakteristik Responden
Jumlah (N)
Persen (%)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan

24
25

49
51
Total
49
100
Kelas Responden
Kelas V
Kelas VI

26
23

53.1
46.9
Total
49
100
Sumber : Data Primer 2016
Dari tabel 1.1 karakteristik responden yang diberikan penyuluhan di SD Inpres Dampang sebesar 51 % berjenis kelamin perempuan dan 49% berjenis kelamin laki-laki yang menjadi responden.
Sedangkan berdasarkan kelas responden yang diberikan penyuluhan di SD Inpres Dampang, jumlah siswa kelas V adalah 53.1% dan jumlah siswa kelas VI adalah 46.9%.

2)        Karakteristik Responden Penyuluhan PHBS dan Sikat Gigi di Play Group Sinar Ujung
Tabel 1.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden yang Diberikan Penyuluhan Tentang PHBS di Play Group Sinar Ujung
Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng Tahun 2016

Karakteristik Responden
Jumlah (n)
Persen (%)
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan

4
3

57.1
42.9
Total
7
100
Sumber: Data Primer 2016
Dari tabel 1.2 karakteristik responden yang diberikan penyuluhan di Play Group Sinar Ujung sebesar 42.9 % berjenis kelamin perempuan dan 57.1% berjenis kelamin Laki-laki yang menjadi responden.







3)        Pengetahuan Siswa di SDI Dampang Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Tentang PHBS dan Sikat Gigi.
Tabel 1.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai PHBS di SDI Dampang Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016

Kategori
Pre Test
Post Test
Jumlah (N)
Persen (%)
Jumlah (N)
Persen (%)
Baik
Sedang
Buruk
8
34
7
16.3
69.4
14.3
31
18
0
63.3
36.7
0
Total
49
100
49
100
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa dari 49 responden, yang mempunyai pengetahuan baik mengenai PHBS sebelum penyuluhan sebanyak 16.3%, setelah penyuluhan meningkat menjadi  63.3%; yang mempunyai pengetahuan buruk sebanyak 14.3%, setelah penyuluhan menurun menjadi 0% serta sedang yang sebelumnya ada 69.4% menurun menjadi 36.7%.






4)        Pengetahuan Siswa Play Group Ujung Pangi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Tentang PHBS dan Sikat Gigi di Play Group Sinar Ujung
Tabel 1.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai PHBS di Play Group Sinar Ujung Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016
Kategori
Pre Test
Post Test
Jumlah (n)
Persen (%)
Jumlah (n)
Persen (%)
Cukup
Kurang
1
6
14.3
85.7
7
0
100
0
Total
7
100
7
100
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa dari 7 responden, yang mempunyai pengetahuan cukup mengenai PHBS sebelum penyuluhan sebanyak 14.3%, setelah penyuluhan meningkat menjadi  100%; yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 6%, setelah penyuluhan menurun menjadi 0%.

j.          Analisis Bivariat
1)        Hasil Analisis Penyuluhan Tentang Pengolahan Sampah di SD Inpres Dampang
Analisis ini untuk mengetahui peran penyuluhan tentang PHBS terhadap pengetahuan responden baik sebelum ataupun setelah penyuluhan. Pada analisis ini kami menggunakan Paired T-Test dengan menggunakan tabel 2x3.

Tabel 1.5
Skor Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Penyuluhan di SD Inpres Dampang Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng
                Tahun 2016
No
Nama
Skor


Sebelum penyuluhan
Setelah penyuluhan
Hasil

1
IK
27
32


2
TA
28
31


3
FA
23
30


4
FE
25
30


5
SA
21
32


6
AR
23
28


7
IN
28
30


8
AA
24
27
P=0.001

9
TA
15
32


10
LI
27
29


11
AL
25
29


12
SA
26
29

13
AI
30
32

14
LI
30
31


15
SA
30
32


16
NA
30
32


17
IN
28
31


18
JA
28
29


19
AS
29
30


20
SA
25
31


21
IR
20
29


22
NO
31
32


23
EK
31
32


24
IS
28
30


25
AK
26
30


26
RI
27
28


27
RI
24
31


28
MI
30
31


29
SA
27
31


30
FA
30
32


31
AR
31
32


32
YO
32
32


33
FI
25
30


34
AN
26
30


35
RI
27
31
P=0.001

36
FI
27
32


37
SE
31
32


38
NA
31
31


39
ER
30
29


40
LU
27
30


41
RI
28
32


42
RI
26
31


43
AU
27
31


44
RI
32
32
45
EK
29
32



46
RE
26
31
P=0.001

47
SE
29
29


48
EV
28
32


49
RA
28
30


Sumber: Data Primer 2016
Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Paired T-Test  pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di SD Inpres Dampang diperoleh bahwa  angka significancy  menunjukkan 0,001. Karena Nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan terdapat perbedaan secara bermakna.
2)        Hasil Analisis Penyuluhan tentang PHBS dan Sikat Gigi di Play Group Sinar Ujung
Analisis ini untuk mengetahui peran penyuluhan tentang PHBS  terhadap pengetahuan responden baik sebelum ataupun setelah penyuluhan. Pada analisis ini kami menggunakan uji Mc Nemar dengan menggunakan tabel 2x2.






Tabel 1.6
Hasil Analisis Mc Nemar Pengetahuan Sebelum dan Setelah Penyuluhan di Play Group Sinar Ujung Kelurahan GantarangKeke
Kecamatan GantarangKeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016
Kategori
Pre Test
Post Test

Jumlah (n)
Persen (%)
Jumlah (n)
Persen (%)
Hasil

Cukup
Kurang

1
6


14.3
85.7

7
0

100
0

P=0.031
Total
7
100
7
100

Sumber: Data Primer 2016

Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Mc Nemar pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di Play Group diperoleh bahwa  angka significancy  menunjukkan 0,031. Karena Nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan berbeda secara bermakna.

3.         Penyuluhan Imunisasi
a.         Tujuan
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait dampak buruk dari tidak Imunisasi serta efek alamiah Imunisasi di Lingkungan Tombolo Kelurahan Gantarangkeke.
b.        Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini ditujukan kepada Ibu yang memiliki balita.
c.         Biaya/sumber dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp.20.000 dari setiap anggota posko.
d.        Waktu
Pukul 10.00 Ahad, 18 Januari 2016.
e.         Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Mawar I Tombolo.
h.        Penanggungjawab
Penanggungjawab dalam kegiatan ini adalah St. Hasnah Hardiyanti dan Wihda Arfiah.
i.          Indikator keberhasilan
1)        Input      : Target peserta - 23
              : Peserta Hadir - 13
2)        Proses    : Target penyuluhan – 20 menit
              : Realisasi – 25 menit
3)        Output   :Terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan terkait pentingnya Imunisasi.






j.          Analisis Univariat
1)        Karakteristik Responden
Tabel 2.1
Usia Responden Yang Diberikan Penyuluhan Pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar I Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016

Umur
Jumlah (n)
Persen (%)
19
2
15.4
20
2
15.4
21
4
30.8
23
1
7.7
30
2
15.4
31
1
7.7
32
1
7.7
Jumlah Total
13
100.0
Sumber : Data Primer 2016
Dari tabel 2.1 karakteristik responden yang diberikan penyuluhan tentang pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar IKelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaengsebesar 15.4% Ibu balita berumur 19,20 dan 30 tahun, 30.8 % berumur 21 tahun dan 7.7% berumur 23,31, dan 32 tahun.
2)        Pengetahuan Sebelum dan Setelah Penyuluhan
Tabel 2.2
Pengetahuan Responden Sebelum Penyuluhan Pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar I Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016

Pretest
Jumlah (n)
Persen (%)
Postes
Jumlah
(n)
Persen
(%)
Cukup
3
23.1
Cukup
13
100
Kurang
10
76.9
Kurung
0
0
Total
13
100,0
Total
13
100,0
Sumber: Data Primer 2016
Dari Tabel 2.2 pengetahuan responden sebelum penyuluhan tentang pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar IKelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng sebesar 76.9% yang memiliki pengetahuan kurang dan sebesar 23.1 % yang memiliki pengetahuan cukup mengenai pentingnya Imunisasi.
Kemudian, pengetahuan responden setelah penyuluhan tentang pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar IKelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng sebesar 100 % responden yang memiliki pengetahuan cukup dan 0 % responden yang memiliki pengetahuan kurang.
k.        Analisis Bivariat
Analisis ini untuk mengetahui peran penyuluhan pentingnya Imunisasi terhadap pengetahuan responden baik sebelum ataupun setelah penyuluhan. Pada analisis ini kami menggunakan uji Mc Nemar dengan menggunakan tabel 2x2.
Tabel 2.3
Cross  Tabulasi  Pengetahuan  Responden  Sebelum  dan  Setelah Penyuluhan tentang Pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng Tahun 2016

Pretest
Jumlah (n)
Persen (%)
Postes
Jumlah
(n)
Persen
(%)
Hasil
Cukup
3
23.1
Cukup
13
100

Kurang
10
76.9
Kurung
0
0
P=0.002
Total
13
100,0
Total
13
100,0

Sumber: Data Primer 2016
Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Mc Nemar pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di Posyandu Mawar I diperoleh bahwa  angka significancy  menunjukkan 0,002. Karena Nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan berbeda secara bermakna.
4. Penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD)
a.         Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat utamanya para petani tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
b.         Sasaran
Kelompok tani Jaya Dampang
c.         Tempat
Adapun tempat yang dijadikan lokasi penyuluhan yaitu Rumah Ketua Kelompok Tani Jaya Dampang.
d.        Waktu
Waktu dalam melakukan penyuluhan mengenai alat pelindung diri yaitu hari Ahad tanggal 18 Januari 2015. Pukul 19.00-selesai.
e.         Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu berupa data primer dengan menggunakan kuesioner tentang pengetahuan petani dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) khususnya pengetahuan mengenai  penggunaan masker pada saat bekerja.
5.    Penyuluhan Sampah, Pengolahan Kembali Sosialiasi Pengorganisasian Bank Sampah
a.         Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik
1)        Tujuan
Untuk meningkatkan kreatifitas Ibu Rumah Tangga yang ada di Desa Dampang guna mengurangi volume sanpah plastik di Kelurahan Gantarangkeke
2)        Sasaran
Ibu Rumah Tangga
3)        Tempat dan waktu
Pelatihan daur ulang sampah dilakukan pada tanggal 17 Januari 2016 di rumah ketua Kelompok Tani Jaya. Peserta dari Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini yaitu ibu-ibu Majelis Ta’lim Dampang. Jumlah peserta dari kegiatan pelatihan tersebut sebanyak 15 orang. Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini merupakan salah satu program yang dilakukan bersama posko 11.
4)        Hasil
Dari pelatihan yang telah kami buat, ibu-ibu Majelis Ta’lim dapat  membuat produk kreatifitas dari sampah plastik dengan angka 100% dari kehadiran intervensi daur ulang sampah ini.



b.         Sosialisasi dan Pengorganisasian Bank Sampah
1)        Tujuan
Untuk membantu masyarakat dan pemerintah kelurahan Gantarangkeke dalam menangani masalah sampah yang ada.
2)        Tempat dan Waktu
Bank sampah adalah suatu wadah yang akan digunakan untuk mengelolah sampah-sampah anorganik yang ada di wilayah kelurahan Gantarangkeke. Sosialisasi terkait bank sampah dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 Januari 2016 di Aula Kantor Kelurahan Gantarangkeke.
3)        Hasil
Kami mendapatkan warga yang rela menghibahkan tanahnya untuk keperluan intervensi Bank Sampa ini, yng didalamnya dihadiri oleh pihak BAPEDALDA, sebagai pihak yang kami undang untuk melakukan advokasi untuk penyelanggaraan Bank Sampah ini.

B.       Pembahasan
1.         Focus Discussion Grup (FGD)
Dalam diskusi yang dilakukan bersama dengan tokoh masyarakat dan para warga, mereka mengharapkan bahwa dalam intervensi yang dilakukan untuk pemanfaatan sampah yaitu dengan pengadaan Bank Sampah dan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta penggunaan alat pelindung diri (APD) dan imunisasi. Hal ini disebabkan karena pada Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang sampah belum terkelola dengan baik. Masalah imunisasi terfokus pada lingkungan Tombolo dikarenakan masih kurangnya kesadaran ibu-ibu balita untuk membawa balitanya ke posyandu.
2.         Pelatihan Daur Ulang dan Pengorganisasian Bank Sampah
a.         Pelatihan Daur Ulang
Sebelum Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik dilaksanakan, terlebih dahulu peserta dihimbau untuk membawa alat dan bahan berupa botol plastik bekas dan gunting. Alat dan bahan yang lain disiapkan oleh posko 12 dan posko 11 yaitu kawat, korek api, dan kantong plastik.
Dalam Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik, peserta sangat antusias mendengarkan arahan yang diberikan oleh kami. Kreativitas yang diajarkan yaitu membuat bunga matahari, bunga keladi dari botol plastik dan bunga dahlia dari kantong plastik bekas. Setelah pelatihan selesai, para peserta merangkai bunga yang telah mereka buat.
b.        Sosialisasi dan Pengorganisasian Bank Sampah
Sosialisasi tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah setempat, Kelompok Tani, masyarakat kelurahan Gantarangkeke, serta perwakilan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bantaeng (BAPEDALDA) sekaligus sebagai pemateri dari sosialisasi pembentukan Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke.
Dalam sosialisasi tersebut, pemateri menyampaikan dampak sampah terhadap lingkungan dan kesehatan serta pengorganisasian Bank Sampah. Setelah pemaparan materi selesai, para peserta sosialisasi diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan pengorganisasian Bank Sampah. Peserta sangat antusias terkait dengan akan dibentuknya Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke. Dalam diskusi yang dilakukan peserta dengan pemateri, muncul sebuah masalah mengenai tempat atau lahan yang akan digunakan sebagai tempat penampungan sampah. Namun masalah  tersebut telah terpecahkan dengan adanya seorang warga yang bersedia memberikan lahannya sebagai tempat penampungan sampah.
Setelah sosialisasi terkait pembentukan Bank Sampah, kami kembali mengadakan rapat pembentukan pengurus Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke pada hari selasa, 19 Januari 2016 di Aula Kantor Kecamatan Gantarangkeke yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah setempat, Kelompok Tani, masyarakat kelurahan Gantarangkeke, serta perwakilan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bantaeng (BAPEDALDA). Para peserta berembuk untuk menentukan pengurus bank sampah kelurahan Gantarangkeke. Adapun hasil dari rapat pembentukan pengurus yaitu terpilihnya pengurus inti bank sampah kelurahan Gantarangkeke yaitu penanggungjawab, penasehat, ketua, sekretaris, dan bendahara.
Dalam rapat tersebut diputuskan bahwa Surat Keputusan (SK) dari pengurus bank sampah akan dikeluarkan di Kelurahan Gantarangkeke. Namun berhubung waktu Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II telah selesai, maka sebagai tanda telah terbentuknya Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke dibuatlah berita acara yang ditandatangani langsung oleh Ibu Lurah Gantarangkeke. Selanjutnya, kami akan mengontrol bank sampah di kelurahan Gantarangkeke melalui perwakilan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bantaeng (BAPEDALDA) dalam hal ini penasehat Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke.
3.        Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Penyuluhan mengenai PHBS dan menggosok gigi sasarannya tertuju pada anak usia dini yaitu play group Sinar Ujung Lingkungan Ujung Pangi Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, dimana kami mengangap setelah mendapatkan penyuluhan anak-anak tersebut dapat memahami dan menyebarkan informasi tersebut kepada keluarga dan orang-orang disekitar mereka untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat selain itu juga diharapkan agar anak-anak sedini mungkin telah mengetahui bahaya dan dampak yang akan ditimbulkan apabila PHBS dan Menggosok gigi tidak diterpakan sehari-sehari.
4.        Penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD)
Penyuluhan mengenai alat pelindung diri (APD) tertuju pada petani yang berada di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke  Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng dan memperlihatkan setidaknya masker sederhana yang bisa digunakan saat bertani agar pestisida yang disemprotkan dapat dinetralisir atau dapat dikurangi selain itu juga dengan menggunakan pakaian yang tertutup saat bertani agar mereka dapat terhindar dari gatal-gatal mata memerah dan hal-hal yang dapat menggangu kesehatan.
Lokasi yang dijadikan tempat penyuluhan mengenai Alat Pelindung Diri (APD) yaitu di sekretariat Kelompok Tani Jaya Dampang yang ada di Lingkungan Dampang Kelurahan Gantrangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Adapun jumlah responden yaitu 14 orang dengan masing-masing setiap dusun dihadiri oleh kelompok tani maupun masyarakat umum.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi dari umur, tingkat pendidikan dan lama penggunaan pestisida. Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa kelompok umur yang tertinggi adalah berusia  40 dan 50 tahun yang masing-masing berjumlah 2 orang (14,3%). Tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SD yaitu sebanyak orang (28,%). Kemudian berdasarka lama penggunaan pestisida yang paling tinggi adalah 3 dan 30 tahun (21,4%), tetapi jika dilihat lama penggunaan pestisida, ada salah satu responden yang sudah 50 tahun (7,1%) menggunakan pestisida.
Berdasarkan kelompok umur bahwa kebanyakan petani berusia rata-rata 30 tahun keatas sehingga tingkat keterpaparan pestisida atau bahan kimia lebih besar dan disertai dengan lama penggunaan pestisida yang hampir telah menggunakan pestisida diatas 10 tahun. Petani bisa saja terkena penyakit akibat kerja (PAK) apabila pengetahuan mengenai pengendalian risiko ditempat kerja sangat kurang. Ada lima jenis pengendalian risiko ditempat kerja dan pengendalian alternatif yang dilakukan dan paling memungkinkan dilakukan pada petani di dusun taricco dan bonto-bontoa adalah dengan penggunaan alat pelindung diri (APD). Salah satu alat pelindung diri yang digunakan adalah masker. Masker ini dapat mengurangi sedikit risiko keterpaparan bahan kimia atau pestisida pada petani.
Pengetahuan responden adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja mengenai alat pelindung diri (APD) baik itu manfaat maupun akibat tidak menggunakannnya. Dari hasil penelitian, pengetahuan responden dibagi menjdi dua kategori yaitu baik dan buruk. Dari tabel 1.4 yaitu pengetahuan sebelum penyuluhan dapat diketahui kategori baik (50%) dan kategori buruk (50%). Kemudian dari tabel 1.5 yaitu pemgetahuan setelah penyuluhan dapat diketahui kategori baik (92,9%) dan kategori buruk (7,1%). Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan.

C.      Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi sehingga kegiatan PBL II ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan, antara lain :
1.         Berkat dukungan dan partisipasi dari pemerintah setempat khususnya Lurah Gantarangkeke beserta aparat lainnya yang sangat membantu demi suksesnya PBL II untuk melakukan intervensi.
2.         Keterbukaan, sikap ramah dan kerjasama dari tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kelurahan Gantarangkeke.
3.         Semangat, kerjasama dan kekompakan dari teman-teman peserta PBL Posko 12 dalam melakukan intervensi fisik dan non-fisik yang dilakukan.
4.         Kerjasama rekan-rekan PBL lainnya yang telah memberikan masukan terhadap kami sehingga kami bisa bersemangat dalam melakukan intervensi di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I.
5.         Adanya bimbingan, arahan dan masukan dari pembimbing PBL II sehingga memudahkan kami dalam melakukan intervensi.
6.         Berkat dukungan dan kerjasama dari dosen sehingga kegiatan PBL II ini dapat terselenggara dengan baik tanpa ada hambatan, gangguan dan tantangan dari luar.
7.         Partisipasi koordinator kecamatan yang telah banyak membantu sehingga memudahkan kami dalam hal administrasi.

D.      Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi sehingga kegiatan PBL II ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, antara lain:
1.         Ada beberapa masyarakat yang menggunakan bahasa daerah sehingga saat melakukan penyuluhan kami sedikit terkendala.
2.         Kondisi atau cuaca di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Keluragan Gantarangkeke yang selalu berubah-ubah sehingga ada beberapa kegiatan yang tertunda.
3.         Hilangnya kuesioner pre test dan post test Alat Pelindung Diri (APD) yang telah digunakan pada saat penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD).







BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan di mesjid Nurul Jihad lingkungan Tombolo RW1 kelurahan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, yang menjadi prioritas masalah selama PBL I ada 4 dan intervensi yang akan dilakukan yaitu :
1.         Penyuluhan Pengolahan Sampah
Dalam program kerja yang telah disusun, kami menetapkan masalah sampah sebagai perioritas masalah yang paling utama yang memerlukan intervensi, baik itu berupa interfensi fisik dan nonfisik telah dilakukan. Dari segi intervensi fisik kami melakukan pelatihan pengembangan berupa mengajarkan kepada ibu-ibu majelis taklim dalam mengelola sampah plastik menjadi sebuah karya seni berupa kreatifitas, yang secara kualitatif dapat digambarkan bahwa besarnya antusias ibu-ibu terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan. Dan untuk intervensi dari segi nonfisik kami melakukan penyuluhan tentang pengolahan sampah dengan sebagai sasaran yakni anak SD Inpress Dampang. Dari kegiatan itu, diperoleh bahwa adanya perubahan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan sesudah penyuluhan tentang pengolahan sampah.

2.         Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Paired T-Test  pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di SD Inpres Dampang diperoleh bahwa  angka significancy  menunjukkan 0,001. Karena Nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan terdapat perbedaan secara bermakna.
3.         Penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD)
Lokasi yang dijadikan tempat penyuluhan mengenai alat pelindung diri (APD) adalah di sekretariat Kelompok Tani Jaya Dampang yang ada di Lingkungan Dampang Kelurahan Gantrangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Adapun jumlah responden yaitu 14 orang dengan masing-masing setiap dusun dihadiri oleh kelompok tani maupun masyarakat umum
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi dari umur, tingkat pendidikan dan lama penggunaan pestisida. Dari hasil penelitian, pengetahuan responden dibagi menjdi dua kategori yaitu baik dan buruk. Dari tabel 1.4 yaitu pengetahuan sebelum penyuluhan dapat diketahui kategori baik (50%) dan kategori buruk (50%). Kemudian dari tabel 1.5 yaitu pemgetahuan setelah penyuluhan dapat diketahui kategori baik (92,9%) dan kategori buruk (7,1%). Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan.

4.         Imunisasi
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait dampak buruk dari tidak Imunisasi serta efek alamiah Imunisasi di Lingkungan Tombolo Kelurahan Gantarang Keke. Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu Mawar I Tombolo. Adapun sasaran dari kegiatan ini ditujukan kepada Ibu yang memiliki balita.  Target peserta – 23 Peserta Hadir – 13 Target penyuluhan – 20 menit Realisasi – 25 menit Terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan terkait pentingnya Imunisasi. Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Mc Nemar pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di SD Inpres Taricco diperoleh bahwa  angka significancy  menunjukkan 0,002. Karena Nilai p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan sesudah penyuluhan berbeda secara bermakna.

B.       Saran
Semoga dengan adanya laportan PBL II ini pihak pembaca dan penerima laporan bisa mengambil manfaat dari kegiatan yang telah dilakukan selama PBL II di lokasi. Kritik dan saran positif dan membangun sangat diharapkan untuk pembuatan aportan selanjutnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar