BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permasalahan mengenai kesehatan saat ini menjadi
prioritas masalah yang secepatnya harus diselesaikan karena derajat kesehatan
akan sangat mempengaruhi kondisi pertumbuhan masyarakat. Status kesehatan
tercapai apabila faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu: lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetika dapat dikendalikan dengan baik,
sehingga dapat terjadi keseimbangan. Salah satu dari keempat faktor tersebut,
lingkungan merupakan hal yang paling mempengaruhi status kesehatan diikuti
dengan perilaku masyarakat.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari
pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan
serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Tujuan pembangunan dibidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu diterapkan pada setiap potensi yang ada di masyarakat.
Di dalam proses pembangunan “Masyarakat Indonesia
Sehat”, tentunya selalu dimulai dari tingkat lapisan paling bawah yakni mulai
dari individu, keluarga, kemudian ditingkat komunitas baik ditingkat dusun//RW/kelurahan
hingga tingkat desa, yang selanjutnya
beranjak ke tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan akhirnya tercapai
Masyarakat Indonesia Sehat.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar merupakan sebuah institusi pendidikan kesehatan
yang memiliki komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat melalui
pembelajaran di masyarakat berupa kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)
untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesehatan di suatu masyarakat sehingga
dengan kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat, diharapkan dapat menjadi agent of change, dengan melakukan
berbagai aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan serta bersifat religius,
sesuai dengan konsep integrasi ilmu Kesehatan Masyarakat dan Agama Islam.
Dari data primer dan sekunder yang telah diperoleh
sebelumnya pada PBL I yang bersumber dari hasil kuesioner menunjukkan bahwa
kepemilikan tempat sampah untuk daerah Tombolo 38.80%, Ujung Pangi 53.73% dan Dampang I 7.47% . Sedangkan untuk
Alat Pelindung Diri (APD) untuk pemakaian masker diketiga lingkungan, dari 138
responden, terdapat 44 (31.88%) yang memakai masker dan 94 responden (68.11%)
yang tidak memakai. Disamping itu, permasalahan lain yang didapatkan dalam
hasil PBL I ialah PHBS. Pada laporan hasil PBL didapatkan bahwa kebiasaan
mencuci tangan di Lingkungan Tombolo masih terdapat 32.76% responden, Ujung
Pangi 38.79% dan Dampang I 28.45%. Kemudian, untuk masalah imunisasi, dalam
data yang telah kami dapatkan di PBL I menunjukkan perkembangan yang sudah
cukup baik, yaitu dari 15 responden, terdapat 11 responden (73.3%) yang melakukan kunjungan posyandu dan
responden (26.7%) yang tidak melakukan kunjungan posyandu. Sedangkan menurut
hasil wawancara dan Focus group Discusion
(FGD) diperoleh data bahwa di Lingkungan Tombolo masih banyak masyarakat
yang tidak mau balitanya diimunisasi dengan alasan sakit setelah melakukan
imunisasi sehingga kami melakukan intervensi berupa penyuluhan imunisasi.
Beberapa prioritas masalah yang kami dapatkan selama
pengambilan data pada PBL I dituangkan pada PBL II yaitu mengenai Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pengolahan
sampah, dan Imunisasi. Selain beberapa permasalahan yang didapatkan, kami juga
melakukan pemetaan aset untuk mengetahui potensi yang ada di Kelurahan
Gantarangkeke sehingga aset tersebut dapat dimaanfaatkan saat melakukan
intervensi pada PBL II. Berdasarkan data yang didapatkan di PBL I pada PBL II ini maka kami mampu merencanakan
dan melaksanakan kegiatan intervensi kesehatan masyarakat.
Dari beberapa prioritas masalah yang telah
didapatkan di Kelurahan Gantarangkeke akan dilakukan beberapa program
intervensi yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang
didapatkan dengan memberdayakan aset-aset yang ada. Program intervensi yang
kami lakukan terdiri dari dua jenis yaitu intervensi fisik dan non fisik.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Meningkatkan
pemahaman dan keterampilan mahasiswa tentang ilmu kesehatan masyarakat dan
aplikasinya di tengah-tengah masyarakat.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Mahasiswa mampu
melakukan analisa status kesehatan masyarakat atau community diagnosis melalui kegiatan pengumpulan dan analisis data
baik secara kuantitatif maupun kualitatif
b.
Mahasiswa mampu membuat
identifikasi masalah, mendiagnosis dan investigasi masalah kesehatan dan
risikonya di masyarakat berdasarkan “community
diagnosis”.
c.
Mahasiswa mampu
melakukan pemetaan asset di masyarakat sebagai dasar pemberdayaan masyarakat
untuk hidup sehat secara mandiri.
d.
Mahasiswa mampu
mengembangkan keterampilan dasar sebagai seorang “agent of change” di masyarakat.
e.
Mahasiswa mampu
menyusun perencanaan kegiatan intervensi (plan
of action) berdasarkan evidence base dan
asset base.
f.
Mahasiswa mampu
melakukan pemberdayaan masyarakat.
g.
Mahasiswa mampu
melakukan monitoring dan evaluasi.
h.
Mahasiswa mampu membuat
laporan kegiatan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan.
C.
Manfaat
1.
Manfaat Ilmiah
Kegiatan
PBL ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat dan menjadi referensi kepustakaan
untuk kedepannya yang tentunya bisa membantu dan memberi manfaat bagi pembaca.
2.
Manfaat Praktis
Kegiatan
PBL ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi seluruh masyarakat
terutama pemerintah setempat atau Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng khususnya
Kecamatan Gantarangkeke Kelurahan Gantarangkeke.
3.
Manfaat Bagi Mahasiswa
Kegiatan
PBL ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa melalui
observasi langsung di lapangan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan
di bangku perkuliahan.
4.
Manfaat bagi Masyarakat
Kegiatan PBL ini
diharapkan dapat :
a.
Membantu
masyarakat dalam mengidentifikasi masalah kebijakan kesehatan, kejadian
penyakit, gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, dan perilaku masyarakat.
b.
Membantu
masyarakat dalam menyusun prioritas masalah yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
c.
Membantu
dan bekerja sama dengan masyarakat dalam menyusun alternatif penyelesaian
masalah.
BAB
II
GAMBARAN UMUM LOKASI
GAMBARAN UMUM LOKASI
A.
Keadaan
Georafi & Demografi
1.
Letak Lingkungan
Kelurahan Gantarangkeke adalah salah satu kelurahan
dari beberapa lingkungan/kelurahan yang terletak di Wilayah Pemerintahan
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Wilayah ini sekaligus menjadi pusat
Ibukota Kecamatan Gantarangkeke, jarak tempuh wilayah Kelurahan Gantarangkeke
dari Ibukota Kabupaten Bantaeng ± 13 km. Kelurahan Gantarangkeke merupakan
Kelurahan di Kabupaten Bantaeng yang memiliki luas wilayah 3,11 km2,
dan berada pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut dan mempunyai curah
hujan rata-rata 141,28 mm per tahun, serta suhu rata-rata per tahun 32ºC,
dengan lahan yang produktif seperti lahan sawah, perkebunan, yang terbagi dalam
4 RW, yaitu RW 1 Tombolo, RW 2 Ujung Pangi, RW 3 Dampang I, dan RW 4 Dampang
II.
2.
Batas Wilayah
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Gantarangkeke,
sebagai berikut:
a.
Sebelah Utara : Kel. Lembang Gantarangkeke (Kecamatan
Tompobulu)
b.
Sebelah Timur : Kel. Kaloling
c.
Sebelah Selatan : Lingkungan
Tombolo
d.
Sebelah Barat : Kelurahan Tanah Loe
3.
Administrasi Lingkungan
Pusat pemerintahan Kelurahan Gantarangkeke terletak
di RW 3 Dampang I dan untuk menuju kantor Kelurahan Gantarangkeke secara
administratif Kelurahan Gantarangkeke terbagi atas 4 RW, yaitu:
a.
RW I Tombolo terdiri 3
RT
b.
RW II Ujung Pangi
terdiri 4 RT
c.
RW III Dampang I
terdiri 4 RT
d.
RW IV Dampang II
terdiri 3 RT
Setiap RW dipimpin oleh seorang ketua RW dan dibantu
oleh ketua RT. Sistem pemerintahan yakni, camat sebagai penyelenggara tugas
umum pemerintahan lingkungan/kelurahan dan lurah pada dasarnya bertanggung
jawab kepada masyarakat kelurahan dan prosedur pertanggung jawaban disampaikan
ke bupati melalui camat. Kemudian lurah bersama dengan LPM wajib memberikan
keterangan laporan pertanggung jawaban kepada masyarakatnya.
4.
Orbitasi (Jarak Tempuh dari Pusat Pemerintahan)
a.
Jarak dari pusat
pemerintahan Kecamatan : ± 6 km
b.
Jarak dari Ibu kota
Kabupaten : ± 13
km
c.
Jarak dari ibu Kota
Provinsi : ±
135 km
5.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di
Kelurahan Gantarangkeke pada tahun 2014 tercatat 4.033 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 2149 jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak 1884
jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga di Kelurahan Gantarangkeke pada tahun 2014
tercatat sebanyak 915 kepala keluarga dengan 779 kepala keluarga laki-laki dan
136 kepala keluarga wanita.
B.
Keadaan
Sosial Budaya
Pada awalnya Kelurahan Gantarangkeke berasal dari
wilayah Kecamatan Tompobulu lalu ke wilayah Kecamatan Pajjukukang, namun pada
tahun 2006 Kecamatan Pajjukukang dimekarkan menjadi 2 wilayah yaitu Kec.
Pajjukukang dengan Kec. Gantarangkeke, namun Kel. Gantarangkeke berada pada
wilayah pemerintahan Kecamatan Gantarangkeke. Menurut penduduk setempat, nama
Kelurahan Gantarangkeke berasal dari nama Lembang Tanah Loe (Dataran Yang
Bertanah Banyak). Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke memiliki budaya yang
sampai sekarang masih diberlakukan yaitu budaya baruga. Masyarakat Kelurahan
Gantarangkeke masih menjunjung tinggi budaya gotong royong, dan hubungan antar
tetangga cukup harmonis khususnya di lingkungan Dampang.
Selain itu, di Kelurahan Gantarangkeke banyak
terdapat situs-situs budaya peninggalan purbakala yang menjadi saksi sejarah
zaman dulu. Rumah adat yang terletak di RT1 RW3 Dampang, menjadi pusat
pelaksanaan acara adat yang dilaksanakan satu kali dalam satu tahun yakni
setiap tanggal 2-4 Juni. Acara adat ini merupakan suatu pesta rakyat yang
selalu ramai dikunjungi oleh beberapa wisatawan lokal dan non lokal. Situs
budaya peninggalan zaman dulu menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi
tempat tersebut. Di Gantarangkeke dikenal ada empat Babang (pintu) yaitu,
Babang Bone, Babang Luwu, Babang Bantaeng dan Babang Gowa. Setiap Babang dijaga
oleh seorang To Barani (Pemberani). Keempat Babang itu merupakan jalan masuk
dari orang-orang yang datang ke Gantarangkeke untuk melakukan pertarungan
(massaung). Daerah ini memang dikenal
sebagai tempat Passaungan Tau (adu ketangkasan dari para pemberani zaman itu).
Setelah Bantaeng menjadi satu kerajaan yang utuh maka Gantarangkeke tetap
menjadi satu daerah yang semi otonom dengan sistem adat yang mereka atur
sendiri dan tetap melaksanakan kebiasaan-kebiasaan adat mereka.
C.
Status
Kesehatan
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yang
diperoleh, dapat diketahui bahwa pada umumnya masyarakat di Lingkungan Tombolo,
Ujung Pangi, dan Dampang I, Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng, memeriksakan kesehatannya di Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan yang mudah untuk dijangkau dari segi wilayah dan materinya.
D.
Perekonomian
Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke
1.
Sumber mata pencaharian
pokok
Berdasarkan hasil survey lapangan, di ketahui jenis
– jenis mata pencaharian pokok dan
sampingan di Kelurahan Gantarangkeke yakni sebagai berikut :
a.
Petani pemilik
b.
PNS
c.
Wirausaha
d.
Pensiunan
e.
Petani penggarap
f.
Tukang kayu, tukang
bangunan
g.
Peternak
h.
Perbengkelan
i.
Buruh tani dan buruh
bangunan, serta beberapa warga yang merantau keluar daerah untuk mencari
nafkah.
2.
Sumber Daya Alam
pendukung pendapatan masyarakat
a.
Pertanian
1)
Tanaman Kakao
Dari luas wilayah Kelurahan Gantarangkeke, 85%
diantaranya ditanami tanaman kakao sehingga hasil produksi kakao menjadi salah
satu sumber pendapatan utama bagi masyarakat Kelurahan Gantarangkeke.
Tanaman kakao telah dibudidayakan sekitar tahun
1970-an, dan petani kakao memanen kakao dua kali setahun dan akan berlanjut
kembali ditahun berikutnya. Jika dihitung permusim, dapat menghasilkan sekitar
100 kg perhektarnya, jika pertumbuhan tanaman kakao tersebut berjalan normal. Akan
tetapi, selama tahun 2000-an penghasilan kakao menurun sangat drastis
disebabkan oleh banyaknya hama batang maupun buah, sehingga banyak petani yang
menebang pohon kakao miliknya karena sudah tidak dapat berproduksi lagi dengan
baik, serta kesadaran masyarakat tani kakao dalam hal perawatan yang efektif
masih sangat rendah.
Berdasarkan problem tersebut, dapat dianalisa bahwa
petani terkendala oleh serangan hama dan cara penanggulangan serta perawatan
yang belum maksimal, pemanenan kakao dilakukan dalam beberapa kali tahapan,
yaitu tahap pemetikan (panen), dan perawatan (pasca panen). Setelah panen maka
proses selanjutnya adalah pengeringan dengan sinar matahari.
2)
Tanaman Cengkeh
Tanaman cengkeh merupakan salah satu komoditas
andalan oleh masyarakat dilihat dari luas wilayah Kelurahan Gantarangkeke,
sekitar 60% ditanami dengan tanaman cengkeh. Tanaman ini merupakan paling
tinggi harganya sejak tahun 2000-an diantara tanaman jangka panjang lainnya.
3)
Tanaman Padi
Lahan persawahan di Kelurahan Gantarangkeke tidak
terlalu luas karena keadaan atau lahan yang ada kebanyakan lahan perkebunan.
Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke sebagian mempunyai lahan sawah untuk
ditanami padi dan selama ini petani Kelurahan Gantarangkeke sebagian besar
menanam padi untuk dijadikan kebutuhan makanan dan sebahagian dari hasil
pertanian tersebut dijual untuk keperluan biaya kehidupan sehari-hari. Akan
tetapi, kebanyakan masyarakat Kelurahan Gantarangkeke mempunyai lahan sawah
yang terletak di lingkungan/kelurahan lain.
Walaupun demikian, sebagian besar petani di
Kelurahan Gantarangkeke berstatus sebagai petani sekaligus penggarap saja,
karena kebanyakan lahan pertanian utamanya yaitu lahan sawah dikuasai oleh
mereka sendiri dan sebagian masyarakat di RW lain juga merupakan petani
penggarap saja.
4)
Tanaman Jagung
Pada dasarnya petani di Kelurahan Gantarangkeke
selain membudidayakan tanaman jangka panjang, mereka juga membudidayakan
tanaman jangka pendek (jagung). Tanaman ini ditanam dengan pola tumpangsari
yakni dengan satu lahan pertanian ditanami bermacam-macam tanaman termasuk
tanaman jagung. Tanaman jagung merupakan tanaman musiman, namun dijadikan
sebagai tanaman pokok ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang dapat
membudidayakan jagung pada atau setelah panen padi. Biasanya, petani jagung di
Kelurahan Gantarangkeke memetik hasil pertanian, kemudian mengeringkan dan
akhirnya dijual kepada pedagang pengumpul yang biasanya berasal dari luar
lingkungan, atau mereka sendiri yang memasarkannya di pasar yang terletak di
pusat kota kabupaten Bantaeng.
5)
Pohon Kapok
Tanaman kapok adalah salah satu tanaman jangka
panjang produktif yang dominan ditanam oleh masyarakat yang berdomisili di RW1
dan RW2. Tanaman ini dipanen satu kali dalam setahun dan hasil dari kapok
tersebut bisa dibuat menjadi kasur, bantal dan lain-lain. Hanya saja masyarakat
tidak mengembangkan usaha tersebut karna tanaman kapok ini hanya ditanam untuk
dijadikan pembatas lahan kebun dan tanaman ini tidak banyak di tanam oleh
masyarakat Gantarangkeke.
6)
Tanaman Rambutan.
Tanaman rambutan banyak ditanam oleh masyarakat
Gantarangkeke, di kebun maupun di depan rumah warga. Dari luas wilayah
Kelurahan Gantarangkeke sebanyak 10% adalah tanaman rambutan, komoditi rambutan
bukan komunitas andalan di Kelurahan Gantarangkeke disebabkan ditanam bukan
dalam jumlah besar tapi untuk komsumsi pribadi atau keluarga. Rambutan dipanen
satu kali satu tahun setiap musim panen, sayangnya komoditi ini belum
dikembangkan menjadi komoditi prioritas disebabkan oleh keterbatasan lahan yang
sudah penuh dengan berbagai jenis tanaman. Lahan pertanian rambutan yang murni
rambutan semua milik warga Kelurahan Gantarangkeke, itu tidak ada. Semuanya
lahan campuran, kecuali lahan milik orang luar
yang terdapat di Kelurahan Gantarangkeke.
7)
Tanaman Palawija
Masyarakat Kelurahan Gantarangkeke umumnya menanam
tanaman palawija untuk dikomsumsi oleh mereka dalam rumah tangganya dan tidak
sedikit juga menjualnya dipasar untuk memenuhi kebutuhan dan sebagai sumber
pendapatan mereka sehari-hari. Masyarakat juga biasa menanam tanaman palawija
seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang panjang, dan ubi kayu. Selain
palawija, masyarakat mengembangkan tanaman sayuran sebagai tanaman alternatif
pada musim kemarau. Tanaman tersebut ditanam baik disawah maupun di kebun tetapi
tidak rutin dilakukan setiap tahun karena tergantung dari curah hujan, padahal
dari tanaman ini petani memperoleh pendapatan cukup signifikan dibanding
tanaman padi atau jagung, jika tanaman ini tumbuh dengan baik dan harga jualnya
cukup stabil.
b.
Peternakan
Potensi ternak di Gantarangkeke tergolong besar. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya rumah tangga yang memiliki ternak seperti
ternak sapi, kuda, kambing, dan ayam.
E. Mobilisasi
Aset
Pada Pengalaman Belajar
Lapangan (PBL) I telah dilakukan pendataan dari rumah ke rumah (door to door) yang akan dijadikan
sebagai acuan dalam menetapkan intervensi kesehatan yang akan dilakukan di
wilayah kerja posko 12. Wilayah kerja posko 12 meliputi tiga lingkungan yaitu
Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi dan Dampang I. Pendataan yang dilakukan bukan hanya terkait masalah
kesehatan namun aset-aset yang ada pada masyarakat
diketiga lingkungan tersebut juga didata. Adapun rincian aset-aset yang berada
di Lingkungan Tombolo, Ujung pangi, dan Dampang I adalah sebagai berikut:
1.
Lingkungan Tombolo : Imam Kelurahan, Masjid Nurul Jihad,
guru mengaji, kader posyandu, kelompok Tani Tombolo, pabrik gabah, kebun dan
sawah.
2.
Lingkungan Ujung Pangi :
Masjid, kebun coklat, kelompok Tani, pengajar dasar Al-Quran, Kantor
Urusan Agama (KUA), bengkel, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sekretariat
Margaluyu dan DEMPLOT Terpadu SP-PHT,
Mesjid Syuhada 45, sekretariat Kelompok Tani, Posyandu Mawar, DEMPLOT Penanaman
dan Kebun Terpadu SP-PHT Kelompok Tani Sinar Ujung dan Taman Pendidikan
Al-Quran (TPA) Nurul Khairat.
3.
Lingkungan Dampang I : Jembatan / Sungai, mushollah,
sekretariat Kelompok Tani Talaka, kebun, pabrik kayu / somel, sawah, rumah
adat Gantarangkeke dan situs– situs
budaya.
Pada Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II, program
intervensi dilakukan dengan memberdayakan aset-aset yang ada di lingkungan
masyarakat. Berdasarkan hasil prioritas masalah dan Focus Group Discussion (FGD)
yang dilakukan bersama masyarakat di ketiga Lingkungan tersebut,
terdapat beberapa intervensi yang dilakukan kepada masyarakat yaitu masalah
imunisasi, pengelolaan sampah, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
1)
Imunisasi
Menurut hasil Focus Group Discussion (FGD) yang
dilakukan bersama tokoh masyarakat ditemukan bahwa pada Lingkungan Tombolo,
imunisasi menjadi salah satu masalah yang memprihatinkan. Hal ini disebabkan
karena masih kurangnya kesadaran orang tua khususnya ibu balita yang mau
membawa anaknya untuk imunisasi di posyandu.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kami melakukan intervensi dengan
mengadakan penyuluhan di Posyandu Mawar I dengan harapan pengetahuan ibu balita
terkait imunisasi meningkat. Adapun aset yang digunakan pada saat melakukan
penyuluhan adalah aset fisik yaitu Posyandu Mawar I dan aset sumber daya manusia
yaitu kader posyandu dan tokoh masyarakat lingkungan Tombolo.
2)
Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan salah
satu masalah yang sangat besar bagi kelurahan Gantarangkeke. Masyarakat di
Kelurahan Gantarangkeke memiliki kebiasaan membuang sampah di sekitar rumah
dengan metode open dumping yaitu
membuang sampah tanpa adanya perlakuan seperti mendaur ulang untuk sampah
plastik khususnya sampah anorganik seperti plastik makanan dan minuman. Bahkan
masyarakat juga masih banyak yang membuang sampah di saluran air/selokan. Hal
ini berdampak kepada kondisi lingkungan yang sangat merugikan bagi masyarakat
itu sendiri. Sebagai contoh sampah yang telah dibuang ke saluran air/selokan
akan menyumbat saluran air/selokan sehingga pada saat turun hujan selokan akan
tersumbat dan terjadi banjir di sepanjang jalan.
Untuk mengatasi masalah
tersebut, kami melakukan dua program
intervensi yaitu pembentukan Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke dan pelatihan
daur ulang sampah plastik. Adapun aset yang digunakan pada pembentukan Bank
Sampah adalah aset fisik yaitu Aula Kantor Kecamatan Gantarangkeke dan Aula
Kantor Kelurahan Gantarangkeke, aset organisasi/asosiasi yaitu Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Bantaeng, Puskesmas Dampang,
Kelompok Tani Talaka dan Kelompok Tani Jaya, aset sumber daya manusia yaitu
aparat pemerintah Kelurahan Gantarangkeke, tokoh masyarakat, tokoh agama.
Sedangkan aset yang digunakan pada program pelatihan daur ulang adalah aset
fisik berupa rumah ketua Majelis Ta’lim Kelurahan Gantarangkeke, aset sumber
daya manusia yaitu tokoh masyarakat dan ketua Majelis Ta’lim Kelurahan
Gantarangkeke.
3)
Penggunaan Alat
pelindung Diri (APD)
Pada Lingkungan
Tombolo, Ujung Pangi dan Dampang I, mayoritas pekerjaan masyarakat adalah
petani. Pada hasil pendataan, ditemukan bahwa kebanyakan petani tidak
menggunakan alat pelindung diri pada saat menyemprotkan pestisida. Oleh karena
itu kami melakukan intervensi dengan mengadakan penyuluhan di Kelompok Tani
Jaya terkait pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Adapun aset yang
digunakan adalah aset fisik yaitu sekretariat Kelompok Tani Jaya, aset
organisasi yaitu Kelompok Tani Jaya, aset sumber daya manusia yaitu pegawai
kelurahan Gantarangkeke dan tokoh masyarakat.
4)
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)
Program intervensi
terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa penyuluhan yang dilakukan
di SD Inpres Dampang dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di SD Inpres Dampang
menggunakan aset fisik berupa ruang kelas yang berada di lingkungan SD Inpres
Dampang dan sumber daya manusia berupa guru-guru, kepala sekolah dan
murid-murid SD Inpres Dampang. Sedangkan aset yang digunakan ketika penyuluhan
di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung adalah aset fisik berupa ruang
kelas di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung dan sumber daya manusia
berupa guru dan murid Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sinar Ujung.
BAB
III
URAIAN
KEGIATAN
A.
Permasalahan
Kesehatan
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II
Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar yang berlokasi di Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng belangsung selama dua minggu (14 hari) yaitu mulai
dari tanggal 11-24 Januari 2016. Untuk Posko 12, wilayah kerja
berada di Kelurahan Gantarangkeke, yaitu di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi,
dan Dampang I. PBL II
ini merupakan tindak lanjut dari PBL I sebelumnya.
Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil
wawancara kepada warga Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng dengan menggunakan instrument kuesioner
pada PBL I, kami sudah dapat merumuskan beberapa indikator masalah yang kami
susun dalam beberapa prioritas masalah yang
akan menjadi program kerja kami selama PBL II yang merupakan wujud intervensi
kami terhadap masalah yang kami prioritaskan atau utamakan.
Beberapa indikator masalah kesehatan yang kami
temukan pada PBL I yaitu:
1.
Kurangnya kesadaran
membuang sampah pada tempatnya
2.
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat
3.
Penggunaan APD yang
tidak tepat
4.
Kurangnya minat untuk
melakukan Imunisasi pada Ibu dan Balita
Berbagai permasalahan kesehatan tersebut selanjutnya
di analisa melalui metode penentuan prioritas masalah untuk menentukan masalah
kesehatan mana yang bisa untuk diatasi melalui pelaksanaan intervensi.
B.
Penentuan
Prioritas Masalah
Kegiatan dari PBL II ini merupakan intervensi dari
prioritas masalah yang ditetapkan pada PBL I. Penentuan prioritas masalah
dilakukan dengan menggunakan metode CARL. Metode CARL adalah metode penentuan
prioritas masalah yang baru di dunia kesehatan.
Metode CARL juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor
1-5. Kriteia CARL tersebut mempunyai arti:
C : Capability yaitu ketersedian
sumber daya (dana, sarana, dan peralatan).
A : Accessibility yaitu kemudahan,
masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahan dapat didasarkan pada
ketersedian metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan
atau juklak.
R : Readiness yaitu kesiapan dari
tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan
motivasi.
L : Leverage yaitu seberapa besar
pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang
dibahas.
Setelah masalah atau
alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat tabel kriteria
CARL dan diisi skornya. Nilai total merupakan hasil perkalian : C × A × R × L.
Berikut penentuan
prioritas masalah kesehatan di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng dengan metode CARL sebagai
berikut:
No.
|
Masalah
|
C
|
A
|
R
|
L
|
Nilai
|
Rank.
|
1.
|
Kurangnya
kesadaran membuang sampah pada tempatnya
|
4
|
2
|
4
|
4
|
128
|
II
|
2.
|
Penggunaan
APD yang kurang tepat
|
4
|
2
|
3
|
3
|
72
|
IV
|
3.
|
Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
|
3
|
5
|
3
|
2
|
90
|
III
|
4.
|
Kurangnya
minat Imunisasi terhadap Ibu dan Balita
|
4
|
4
|
3
|
3
|
144
|
I
|
Selanjutnya penentuan prioritas masalah dilakukan
dengan melihat peringkat urgensi dan kemampuan intervensi terhadap masalah
tersebut. Dari table tersebut, maka diperoleh prioritas masalah yang kami
jadikan sebagai acuan kegiatan PBL kali ini diantaranya:
1.
Kurangnya
Kesadaran Membuang Sampah pada
Tempatnya
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah
pada tempatnya menjadi permasalahan pentingdi Lingkungan
Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I
Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Hal
ini menyebabkan banyaknya sampah yang berserakan di jalan dan di sekitar rumah
penduduk. Ini tentu bukan hal
yang baik mengingat sampah selain dapat menjadi sumber dan penularan penyakit,
sampah juga berdampak pada kesehatan dan kelestarian lingkungan sekitar.
Padahal dalam sebuah
hadist, Rasulullah saw. bersabda :
Artinya : Diriwayatkan dari Sa’ad bin AbiWaqas dari bapaknya,
dari Rasulullah saw: Sesungguhnya Allah SWT itu suci dan menyukai hal yang
suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu, bersihkanlah
tempat-tempatmu. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadist tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan
umatnya untuk membersihkan tempat-tempatnya, menjaga kebersihan dan keindahan,
karena ditegaskan bahwa Allah Swt.
Menyenangi hal tersebut.
Oleh karena itu, pada PBL II ini, kami melakukan
intervensi terhadap permasalahan sampah di masyarakat. Intervensi
yang kami lakukan adalah intervensi fisik berupa penyusunan pengorganisasian
Bank Sampah di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng. Dalam intervensi ini, kami bekerja sama dengan Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bantaeng, sebagai pemateri dalam pengorganisasian
Bank Sampa ini. Serta, kami memanfaatkan aset individu tokoh masyarakat untuk
mendorong inisiatif masyarakat untuk menyelesaikan masalah sampah di Lingkungan
Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan
Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng
2.
Kurangnya
Kesadaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Hasil pendataan PBL I menunjukkan bahwa kebanyakan
petani masih bertani tanpa memakai APD, utamanya saat menyemprot dan mencampur
pestisida. Hal ini tentu berbahaya
mengingat bahan kimia dalam pestisida dapat membahayakan kesehatan petani.
Sebelum pelaksanaan intervensi, kami melakukan
survey dan tanya jawab dengan
petani atau pihak-pihak terkait, demi menentukan intervensi yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan
tujuan pencapaian yang diharapkan.
Intervensi pemecahan masalah kesadaran penggunaan
APD ini kami laksanakan dengan intervensi non fisik. Intervensi non fisik, kami
laksanakan melalui penyuluhan bahaya pestisida serta kegunaan alat pelindung
diri dan pentingnya APD dalam bertani,
dengan harapan kesadaran penggunaan APD di kalangan petani akan meningkat.
3.
Kurangnya
Kesadaran
Personal Higiene (Cuci Tangan dan Sikat Gigi) Utamanya Anak-Anak
Jumlah anak-anak di Lingkungan
Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I
Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng cukup banyak, namun
perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang. Oleh
karena itu, kami berinisiatif untuk melaksananakan intervensi fisik dan non
fisik sekaligus.
Intervensi fisik kami dahului dengan intervensi non
fisik sebelumnya.Dan sebelum pelaksanaan intervensi non fisik, kami
melaksanakan penyuluhan mengenai
pengetahuan, kesadaran, dan perilaku anak-anak terhadap PHBS dasar mencakup
cuci tangan dan sikat gigi.
Intervensi non fisik kami laksanakan di Play Group
Sinar Ujung, Ujung Pangi Intervensi non fisik berupa penyuluhan dengan bahasa
dan metode penyampaian yang ringan, menyenangkan, komunikatif, mengingat
sasaran penyuluhan adalah anak-anak. Sedangkan intervensi fisik yang kami
laksanakan adalah aksi sikat gigi dan cuci tangan bersama. Hal
ini dilakukan untuk menanamkan kebiasaan untuk menyikat gigi dan mencuci tangan
kepada anak-anak.
4.
Kurangnya
Minat Imunisasai terhadap Ibu dan Anak
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan
Imunisasi terhadap Ibu dan Anak menjadi permasalahan penting di Lingkungan Tombolo, Ujung
Pangi, dan Dampang Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan hasil FGD
yang telah dilakukan, kurangnya minat masyarakat terhadap imunisasi dikarenakan
oleh demam anak setelah dilakukannya imunisasi. Padahal, ini merupakan respon
alami yang terjadi pasca pemberian imunisasi. Hal ini menyebabkan kerentanan
anak terhadap penyakit-penyakit menular tertentu.
Oleh karena itu, pada PBL II ini kami melakukan
intervensi terhadap permasalahan sampah di masyarakat. Intervensi yang kami
lakukan adalah intervensi nonfisik berupa penyuluhan tentang pentingnya
imunisasi beserta respon alamiah yang ditimbulkan pasca imunisasi di dalam
tubuh.
C.
Plan
of Action (POA)
Plan of Action (POA) merupakan rumusan perencanaan
kegiatan yang dibuat dan akan dilaksanakan selama PBL II terkait dengan
priorotas masalah yang telah disetujui oleh semua anggota kelompok, pemerintah
setempat serta tokoh agama dan tokoh masyarakat, dimana nanti dipaparkan saat
seminar awal atau FGD. POA yang dibuat merupakan rencana kegiatan intervensi
fisik dan non-fisik dan kebanyakan intervensi yang kami lakukan adalah
intervensi non-fisik.
POA yang disusunmencakup jenis kegiatan yang
dilakukan, tujuan, sasaran, target, waktu, volume kegiatan, lokasi, perkiraan
biaya (Rp), hasil yang diharapkan, penanggung jawab dan keterangan (terlampir
POA). Setiap intervensi yang dilakukan memiliki tujuan dan masalah, begitu pula
dengan sasaran kegiatan yang meliputi tokoh masyarakat, tokoh agama,
bapak-bapak, siswa/anak-anak yang berada di Lingkungan
Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I
Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng.
Dana/biaya serta bahan dan alat yang digunakan saat
intervensi, merupakan dana pengumpulan kelompok serta bantuan dari Dinas
Kesehatan. Waktu dan tempat pelaksanaan intervensi ditentukan dengan
kesepakatan bersama antara kami dan beberapa pihak pemerintah setempat. Untuk
indikator keberhasilan yang kami tetapkan yaitu berdasarkan tujuan intervensi
dari masing-masing prioritas masalah. Untuk kelancaran kegiatan, kami
menetapkan satu atau lebih penanggung jawab untuk berperan mengontrol kegiatan
yang dilangsungkan.
1.
FGD
a.
Tema
Pemaparan
program kerja yang dilakukan selama PBL II
b.
Waktu dan
Tempat
Kamis, 14 Januari 2016, Pukul 19.00 – selesai (wita)
bertempat di Masjid Nurul Jihad,
Tombolo.
c.
Biaya/Sumber Dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
sebesar Rp 50.000 dari dana
posko 12.
d.
Penanggung jawab
Muh.
Arsyad
e.
Peserta
Adapun peserta pada kegiatan FGD ini adalah Ketua
RT I Kel. Gantarangkeke, Ketua RT II RW
I Kel. Gantarangkeke, Ket. RW I Kel. Gantarangkeke, Ketua RW II Ke.
Gantarangkeke, Ketua RW III Kel. Gantarangkeke, Kader Posyandu (Jumlah Peserta
: 21 Orang).
f.
Hasil
Pemaparan hasil selama PBL I yang dilakukan oleh
posko 12 dalam diskusi yang dilakukan ketua posko masing-masing mendapatkan
respon yang berbeda-beda dari peserta FGD yang hadir. Pemaran hasil (masalah) yang di dapatkan di Lingkungan Tombolo,
Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng mengenai sampah yang tidak memiliki tempat pembuangan akhir,
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani saat bertani dan anak-anak
yang masih berusia dini masih kurang dalam pengetahuan PHBS dan sikat gigi.
Pemaparan intervensi yang ingin kami lakukan yaitu penyuluhan mengenai PHBS dan
sikat gigi untuk anak usia dini, alat pelindung diri (APD), pemanfaatan sampah
dan Imunisasi.
2.
Penyuluhan
PHBS dan Sikat Gigi
a.
Tujuan
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah
pengetahuan siswa terkait pentingnya PHBS dan sikat gigi.
b.
Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini ditujukan kepada
Siswa/i SDI Dampang dan Play Group Ujung Pangi.
c.
Biaya/sumber dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
sebesar Rp.20.000 dari dana
posko 12.
d.
Waktu
Pukul
10.00 15-16 Januari 2016.
e.
Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di SDI Dampang dan Play
Group Ujung Pangi
f.
Aset
Aset yang kami
manfaatkan di sini adalah SDM, yaitu antusias anak-anak tentang penyuluhan
terkait kesehatan serta guru-guru yang ada di lingkungan sekolah. Aset fisik
yaitu, lingkungan Sekolah itu sendiri.
g.
Penanggung jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Husnul
Khatimah dan Muli Resky.
h.
Tahapan Kegiatan
1)
Jumat, 15 Januari 2016
pukul 08:00 pengurusan perizinan tempat kepada Kepala Sekolah untuk melakukan
penyuluhan di kelas V dan VI.
2)
Persiapan materi, pretest dan post test.
3)
Sabtu, 16 Januari 2016,
pukul 10:30 – 11:30 penyuluhan serta pre
test dan post test dilaksanakan.
3.
Penyuluhan
Imunisasi
a.
Tujuan
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah
pengetahuan masyarakat terkait dampak buruk dari tidak Imunisasi serta efek
alamiah Imunisasi di Lingkungan Tombolo Kelurahan Gantarangkeke.
b.
Sasaran
Adapun sasaran dari
kegiatan ini ditujukan kepada Ibu yang memiliki balita.
c.
Biaya/sumber dana
Biaya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
sebesar Rp.20.000 dari dana
posko 12.
d.
Waktu
Pukul
10.00 Ahad, 18 Januari 2016.
e.
Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan di Posyandu
Mawar I Tombolo.
f.
Penanggung jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah St.
Hasnah Hardiyanti dan Wihda Arfiah.
g.
Tahapan Kegiatan
1)
Kamis, 14 Januari 2016.
Diskusi dilakukan dengan kader Posyandu Mawar I terkait masalah keadaan dan
jumlah ibu balita yang membawa balitanya ke Posyandu Mawar I yang dirangkaikan
dalam Focus Group Discussion
(FGD). Dari hasil diskusi diperoleh
hasil bahwa dari 30 jumlah balita di wilayah kerja Posyandu Mawar I, hanya
sekitar 12-15 balita yang sering dibawa ke Posyandu Mawar I. Oleh karena itu,
kami diminta mengadakan penyuluhan sesuai jadwal penimbangan balita di Posyandu
Mawar I.
2)
Jum’at, 15 Januari
2016. Pembuatan dan pencetakan kuesioner
pre test dan post test tentang pengetahuan imunisasi balita.
3)
Sabtu, 16 Januari 2016.
Penyuluhan serta Pretest dan Posttest
dilaksanakan.
4)
Ahad, 17 Januari 2016.
Pemerikasaan jawaban dilakukan.
4.
Penyuluhan
Alat Pelindung Diri (APD)
a.
Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat utamanya
para petani tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
b.
Sasaran
Kelompok
Tani Jaya Dampang
c.
Tempat
Adapun tempat yang dijadikan lokasi
penyuluhan yaitu Rumah Ketua Kelompok Tani Jaya Dampang.
d.
Waktu
Waktu
dalam melakukan penyuluhan mengenai alat pelindung diri yaitu hari Ahad tanggal
18 Januari 2015. Pukul 19.00-selesai.
e.
Penggung Jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini
adalah Nur Aprianty H. dan Dewi
Hardiyanti Amiq.
f.
Tahapan Kegiatan
1)
Jum’at 15 Januari 2016
perizinan tempat penyuluhan di rumah Ketua Kelompok Tani Jaya Dampang.
2)
Sabtu, 16 Januari 2016,
persiapan materi dan kuisioner.
3)
Minggu, 17 Januari
2016, penyuluhan dan diskusi hambatan-hambatan tentang alasan tidak menggunakan
APD dilaksanakan.
5. Pelatihan Daur Ulang
Sampah Plastik, dan Sosialiasi
dan Pengorganisasian
Bank Sampah
a.
Pelatihan Daur Ulang
Sampah Plastik
1)
Tujuan
Untuk meningkatkan kreatifitas Ibu Rumah Tangga yang
ada di Desa Dampang guna mengurangi volume sanpah plastic di Kelurahan
Gantarangkeke
2)
Sasaran
Ibu
Rumah Tangga
3)
Penanggung Jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini
adalah Sherli Wahyuni
dan Meliherdianti.
4)
Tempat dan waktu
Pelatihan daur ulang
sampah dilakukan pada tanggal 17 Januari 2016 di rumah ketua Kelompok Tani
Jaya. Peserta dari Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini yaitu ibu-ibu
Majelis Ta’lim Dampang. Jumlah peserta dari kegiatan pelatihan tersebut
sebanyak 15 orang. Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini merupakan salah satu
program yang dilakukan bersama posko 11.
5)
Tahapan Kegiatan
a)
Rabu, 13 Januari 2016.
FGD yang dilaksanakan oleh posko 11 di kantor kelurahan Gantarangkeke
dilaksanakan. Pelatihan daur ulang disetujui untuk dijadikan sebagai intervensi
Posko 11 san 12.
b)
Kamis, 14 Januari 2016.
Persiapan pengumpulan sampah sebagai bahan pelatihan daur ulang.
c)
Jumat, 15 Januari 2016.
Kunjungan kediaman Ketua Kelompok Tani untuk perizinan tempat dan waktu
dilaksankannya pelatihan daur ulang serta permintaan partisipasi pengadaan
peserta oleh Istri Ketua Kelompok Tani yakni, Ibu-ibu Majelis Ta’lim Dampang.
d) Ahad,
17 Januari. Pelaksanaan pelatihan daur ulang sampah yang dihadiri oleh 15 orang
Ibu-ibu majelis Ta’lim Dampang berjalan dengan lancar.
b.
Sosialisasi dan
Pengorganisasian Bank Sampah
1)
Tujuan
Untuk membantu masyarakat dan pemerintah kelurahan
Gantarangkeke dalam menangani masalah sampah yang ada.
2)
Sasaran
Masyarakat
Kelurahan Gantarangkeke
3)
Penanggung Jawab
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Muh.
Arsyad dan St. Hasnah Hardiyanti.
4)
Tempat dan Waktu
Bank sampah adalah
suatu wadah yang akan digunakan untuk mengelolah sampah-sampah anorganik yang
ada di wilayah kelurahan Gantarangkeke. Sosialisasi terkait bank sampah
dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 Januari 2016 di Aula Kantor Kelurahan
Gantarangkeke.
5)
Tahapan Kegiatan
a)
Senin, 11 Januari 2016.
Pembuatan proposal dan persutan permintaan bantuan untuk intervensi Bank
Sampah.
b)
Selasa, 12 Januari
2016. Kunjungan ke Dinas Kesehatan dan Bapedalda dalam rangka pengurusan surat
keluar tentang proposal dan bantuan intervensi Bank Sampah.
c)
Kamis, 14 Januari 2016.
Follow up persuratan keluar di
Bapedalda dan pertemuan langsung Kepala Badan serta pemaparan intervensi Bank
Sampah. Dalam kunjungan ini, surat keluar untuk Bapedalda disetujui.
d) Sabtu,
16 Januari sampai pada tanggal 17 Januari 2016. Pengurusan penyuratan kelurahan
untuk tempat dan kehadiran, Ketua RW, Ketua RT dan Tokoh Masyarakat lainnya.
e)
Senin, 18 Januari 2016.
Sosialisasi pengorganisasian Bank Sampah kemudian dilaksanakan. Dari hasil
sosialisasi serta diskusi, salah satu warga rela untuk menghibahkan tanahnya untuk
dijadikan tempat kegiatan Bank Sampah.
f)
Selasa, 19 Januari.
Diskusi pembentukan kepengurusan Bank Sampah dilaksanakan. Diskusi ini dihadiri
oleh Tokoh Masyarakat, Sekertaris Lurah dan anggota Kelompok Tani. Maka
terbentuklah pengurus Bank Sampah ini dalam bentuk berita acara dan SOP
(terlampir) yang ditandatangani langsung oleh Lurah Gantarangkeke.
BAB
IV
HASIL
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
1.
Hasil FGD
a.
Waktu
Kamis, 14 Januari 2016 Pukul 19.00 – selesai (wita)
b.
Tema
Pemaparan program kerja (Intervensi) yang dilakukan
selama PBL II
c.
Tempat`
Masjid Nurul Jihad Tombolo
d.
Peserta
Ketua RT I Kel. GantarangKeke, Ketua RT II RW I Kel. GantarangKeke, Ket. RW I Kel. GantarangKeke,
Ketua RW II Ke. GantarangKeke, Ketua RW III Kel. GantarangKeke, Kader
Posyandu(Jumlah Peserta : 21 Orang).
e. Hasil
Pemaparan hasil selama
PBL I yang dilakukan oleh posko 12 dalam diskusi yang dilakukan ketua posko
masing-masing mendapatkan respon yang berbeda-beda dari peserta FGD yang hadir.
Pemaran hasil (masalah) yang di dapatkan
di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng mengenai sampah yang tidak memiliki
tempat pembuangan akhir, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani saat
bertani dan anak-anak yang masih berusia dini masih kurang dalam pengetahuan
PHBS dan sikat gigi.
Pemaparan intervensi
yang ingin kami lakukan yaitu penyuluhan mengenai PHBS dan sikat gigi untuk anak
usia dini, alat pelindung diri (APD), pemanfaatan sampah dan Imunisasi.
1)
Penyuluhan Mengenai
PHBS dan Gosok Gigi
Penyuluhan mengenai PHBS dan menggosok gigi
sasarannya tertuju pada anak usia dini yaitu play group Sinar Ujung
Lingkungan Ujung Pangi Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, dimana kami
mengangap setelah mendapatkan penyuluhan anak-anak tersebut dapat memahami dan
menyebarkan informasi tersebut kepada keluarga dan orang-orang disekitar mereka
untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat selain itu juga diharapkann
agar anak-anak sedini mungkin telah mengetahui bahaya dan dampak yang akan
ditimbulkan apabila PHBS dan Menggosok gigi tidak diterpakan sehari-sehari.
2)
Penyuluhan Alat
Pelindung Diri (APD).
Penyuluhan mengenai alat pelindung diri (APD)
tertuju pada petani yang berada di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang
I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng dan memperlihatkan setidaknya masker sederhana
yang bisa digunakan saat bertani agar pestisida yang disemprotkan dapat
dinetralisir atau dapat dikurangi selain itu juga dengan menggunakan pakaian
yang tertutup saat bertani agar mereka dapat terhindar dari gatal-gatal mata
memerah dan hal-hal yang dapat menggangu kesehatan.
3)
Penyuluhan Sampah,
Pengolahan Kembali Sosialiasi Pengorganisasian Bank Sampah.
Penyuluhan mengenai sampah tertuju pada anak-anak
dan para tokoh masyarakat Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I
Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Intervensi yang digunakan adalah penyuluhan
dan mempraktekkan langsung pemanfaatan sampah yang terbuang yaitu dengan
membuatnya sebagai kerajinan tangan. Pembuatan mengenai kerajinan tangan dan
pengorganisasian Bank Sampah mendapatkan respon yang sangat baik dari para
peserta FGD yang hadir, mereka lebih tertarik untuk membuat kerajinan tangan
serta sagat antusias dengan wacana adanya sampah yang dapat dibeli. Selain itu
dengan pengolah sampah dengan kerajinan tangan mereka dapat mengemat dalam hal
ini mengenai ekonomi karena dibuat sendiri. Kemudian, untuk pengorganisasian
Bank Sampah para tokoh masyarakat akan berpartisipasi dalam merintis organisasi
Bank Sampah ini.
2.
Penyuluhan PHBS
danSikat Gigi
a.
Tujuan
Tujuan dari intervensi ini
adalah untuk menambah pengetahuan siswa terkait
pentingnya PHBS dan sikat gigi.
b.
Sasaran
Adapun sasaran
dari kegiatan ini ditujukan kepada Siswa/i SDI Dampang dan Play Group
Ujung Pangi.
c.
Biaya/sumber
dana
Biaya yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp.20.000 dari dana posko 12.
d.
Waktu
Pukul 10.00 15-16 Januari 2016.
e.
Tempat
Kegiatan
ini dilaksanakan di SDI Dampang dan Play Group Ujung Pangi
f.
Aset
Aset yang kami
manfaatkan di sini adalah SDM, yaitu antusias anak-anak tentang penyuluhan
terkait kesehatan serta guru-guru yang ada di lingkungan sekolah. Aset fisik
yaitu, lingkungan Sekolah itu sendiri.
g.
Penanggung
Jawab
Penanggungjawab dalam
kegiatan ini adalah Husnul Khatimah dan Muli
Resky.
h.
Indikator
Keberhasilan
1)
Input : Target peserta - 60
: Peserta Hadir - 49
2)
Proses : Target penyuluhan – 90 menit
: Realisasi – 120 menit
3)
Output : Terjadi peningkatan pengetahuan dari sebelum
dan setelah penyuluhan.
i.
Analisis Univariat
1)
Karakteristik Responden
Penyuluhan PHBS di SD Inpres Dampang
Tabel 1.1
Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
Responden yang Diberikan Penyuluhan Tentang PHBS
di SD Inpres Dampang
Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun 2016
Karakteristik Responden
|
Jumlah (N)
|
Persen (%)
|
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
|
24
25
|
49
51
|
Total
|
49
|
100
|
Kelas
Responden
Kelas
V
Kelas
VI
|
26
23
|
53.1
46.9
|
Total
|
49
|
100
|
Sumber : Data Primer 2016
Dari tabel 1.1
karakteristik responden yang diberikan penyuluhan di SD Inpres Dampang sebesar
51 % berjenis kelamin perempuan dan 49% berjenis kelamin laki-laki yang menjadi
responden.
Sedangkan berdasarkan
kelas responden yang diberikan penyuluhan di SD Inpres Dampang, jumlah siswa
kelas V adalah 53.1% dan jumlah siswa kelas VI adalah 46.9%.
2)
Karakteristik Responden Penyuluhan PHBS dan Sikat Gigi di Play Group
Sinar Ujung
Tabel 1.2
Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden yang Diberikan Penyuluhan Tentang
PHBS di Play Group Sinar Ujung
Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten
Bantaeng Tahun 2016
Karakteristik Responden
|
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
|
4
3
|
57.1
42.9
|
Total
|
7
|
100
|
Sumber: Data Primer 2016
Dari tabel 1.2
karakteristik responden yang diberikan penyuluhan di Play Group Sinar
Ujung sebesar 42.9 % berjenis kelamin perempuan dan 57.1% berjenis kelamin
Laki-laki yang menjadi responden.
3)
Pengetahuan Siswa di
SDI Dampang Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Tentang PHBS dan Sikat Gigi.
Tabel
1.3
Distribusi
Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai PHBS di SDI Dampang Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng
Tahun
2016
Kategori
|
Pre Test
|
Post Test
|
||
Jumlah (N)
|
Persen (%)
|
Jumlah (N)
|
Persen (%)
|
|
Baik
Sedang
Buruk
|
8
34
7
|
16.3
69.4
14.3
|
31
18
0
|
63.3
36.7
0
|
Total
|
49
|
100
|
49
|
100
|
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan
tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa dari 49 responden, yang mempunyai pengetahuan
baik mengenai PHBS sebelum penyuluhan sebanyak 16.3%, setelah penyuluhan
meningkat menjadi 63.3%; yang mempunyai
pengetahuan buruk sebanyak 14.3%, setelah penyuluhan menurun menjadi 0% serta
sedang yang sebelumnya ada 69.4% menurun menjadi 36.7%.
4)
Pengetahuan Siswa Play
Group Ujung Pangi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan Tentang PHBS dan Sikat
Gigi di Play Group Sinar Ujung
Tabel
1.4
Distribusi
Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai PHBS di Play Group Sinar Ujung Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun
2016
Kategori
|
Pre Test
|
Post Test
|
||
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
|
Cukup
Kurang
|
1
6
|
14.3
85.7
|
7
0
|
100
0
|
Total
|
7
|
100
|
7
|
100
|
Sumber:
Data Primer 2016
Berdasarkan
tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa dari 7 responden, yang mempunyai
pengetahuan cukup mengenai PHBS sebelum penyuluhan sebanyak 14.3%, setelah
penyuluhan meningkat menjadi 100%; yang
mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 6%, setelah penyuluhan menurun menjadi
0%.
j.
Analisis Bivariat
1)
Hasil Analisis
Penyuluhan Tentang Pengolahan Sampah di SD Inpres Dampang
Analisis ini untuk
mengetahui peran penyuluhan tentang PHBS terhadap pengetahuan responden baik
sebelum ataupun setelah penyuluhan. Pada analisis ini kami menggunakan Paired
T-Test dengan menggunakan tabel 2x3.
Tabel
1.5
Skor
Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Penyuluhan di SD Inpres Dampang Kelurahan
Gantarangkeke
Kecamatan
Gantarangkeke
Kabupaten
Bantaeng
Tahun 2016
No
|
Nama
|
Skor
|
|
||
Sebelum
penyuluhan
|
Setelah
penyuluhan
|
Hasil
|
|||
1
|
IK
|
27
|
32
|
|
|
2
|
TA
|
28
|
31
|
|
|
3
|
FA
|
23
|
30
|
|
|
4
|
FE
|
25
|
30
|
|
|
5
|
SA
|
21
|
32
|
|
|
6
|
AR
|
23
|
28
|
|
|
7
|
IN
|
28
|
30
|
|
|
8
|
AA
|
24
|
27
|
P=0.001
|
|
9
|
TA
|
15
|
32
|
|
|
10
|
LI
|
27
|
29
|
|
|
11
|
AL
|
25
|
29
|
|
|
12
|
SA
|
26
|
29
|
|
|
13
|
AI
|
30
|
32
|
||
|
|||||
14
|
LI
|
30
|
31
|
|
|
15
|
SA
|
30
|
32
|
|
|
16
|
NA
|
30
|
32
|
|
|
17
|
IN
|
28
|
31
|
|
|
18
|
JA
|
28
|
29
|
|
|
19
|
AS
|
29
|
30
|
|
|
20
|
SA
|
25
|
31
|
|
|
21
|
IR
|
20
|
29
|
|
|
22
|
NO
|
31
|
32
|
|
|
23
|
EK
|
31
|
32
|
|
|
24
|
IS
|
28
|
30
|
|
|
25
|
AK
|
26
|
30
|
|
|
26
|
RI
|
27
|
28
|
|
|
27
|
RI
|
24
|
31
|
|
|
28
|
MI
|
30
|
31
|
|
|
29
|
SA
|
27
|
31
|
|
|
30
|
FA
|
30
|
32
|
|
|
31
|
AR
|
31
|
32
|
|
|
32
|
YO
|
32
|
32
|
|
|
33
|
FI
|
25
|
30
|
|
|
34
|
AN
|
26
|
30
|
|
|
35
|
RI
|
27
|
31
|
P=0.001
|
|
36
|
FI
|
27
|
32
|
|
|
37
|
SE
|
31
|
32
|
|
|
38
|
NA
|
31
|
31
|
|
|
39
|
ER
|
30
|
29
|
|
|
40
|
LU
|
27
|
30
|
|
|
41
|
RI
|
28
|
32
|
|
|
42
|
RI
|
26
|
31
|
|
|
43
|
AU
|
27
|
31
|
|
|
44
|
RI
|
32
|
32
|
||
45
|
EK
|
29
|
32
|
|
|
|
|||||
46
|
RE
|
26
|
31
|
P=0.001
|
|
47
|
SE
|
29
|
29
|
|
|
48
|
EV
|
28
|
32
|
|
|
49
|
RA
|
28
|
30
|
|
Sumber: Data Primer 2016
Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Paired T-Test pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di
SD Inpres Dampang diperoleh bahwa angka significancy menunjukkan 0,001. Karena Nilai p<0,05,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan sesudah
penyuluhan terdapat perbedaan secara bermakna.
2)
Hasil Analisis
Penyuluhan tentang PHBS dan Sikat Gigi di Play Group Sinar Ujung
Analisis ini untuk
mengetahui peran penyuluhan tentang PHBS
terhadap pengetahuan responden baik sebelum ataupun setelah penyuluhan.
Pada analisis ini kami menggunakan uji Mc Nemar dengan menggunakan tabel 2x2.
Tabel
1.6
Hasil
Analisis Mc Nemar Pengetahuan Sebelum dan Setelah Penyuluhan di Play Group
Sinar Ujung Kelurahan GantarangKeke
Kecamatan
GantarangKeke Kabupaten Bantaeng
Tahun
2016
Kategori
|
Pre Test
|
Post Test
|
|
||
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
Hasil
|
|
Cukup
Kurang
|
1
6
|
14.3
85.7
|
7
0
|
100
0
|
P=0.031
|
Total
|
7
|
100
|
7
|
100
|
|
Sumber: Data Primer 2016
Setelah di cross tabulasi
dengan menggunakan uji Mc Nemar pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di Play
Group diperoleh bahwa angka significancy menunjukkan 0,031. Karena Nilai
p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan berbeda secara bermakna.
3.
Penyuluhan Imunisasi
a.
Tujuan
Tujuan dari intervensi ini
adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat terkait
dampak buruk dari tidak Imunisasi serta efek alamiah Imunisasi di Lingkungan
Tombolo Kelurahan Gantarangkeke.
b.
Sasaran
Adapun sasaran
dari kegiatan ini ditujukan kepada Ibu yang memiliki balita.
c.
Biaya/sumber
dana
Biaya yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah sebesar Rp.20.000 dari setiap anggota
posko.
d.
Waktu
Pukul 10.00 Ahad, 18 Januari 2016.
e.
Tempat
Kegiatan
ini dilaksanakan di Posyandu Mawar I Tombolo.
h.
Penanggungjawab
Penanggungjawab dalam
kegiatan ini adalah St. Hasnah Hardiyanti dan Wihda Arfiah.
i.
Indikator
keberhasilan
1)
Input : Target peserta - 23
: Peserta Hadir - 13
2)
Proses : Target penyuluhan – 20 menit
: Realisasi – 25 menit
3)
Output :Terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan
setelah penyuluhan terkait pentingnya Imunisasi.
j.
Analisis Univariat
1)
Karakteristik Responden
Tabel
2.1
Usia
Responden Yang Diberikan Penyuluhan Pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar I
Kelurahan Gantarangkeke
Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun
2016
Umur
|
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
19
|
2
|
15.4
|
20
|
2
|
15.4
|
21
|
4
|
30.8
|
23
|
1
|
7.7
|
30
|
2
|
15.4
|
31
|
1
|
7.7
|
32
|
1
|
7.7
|
Jumlah
Total
|
13
|
100.0
|
Sumber : Data Primer 2016
Dari tabel 2.1
karakteristik responden yang diberikan penyuluhan
tentang pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar IKelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaengsebesar
15.4% Ibu balita berumur 19,20 dan 30 tahun, 30.8 % berumur 21 tahun dan 7.7%
berumur 23,31, dan 32 tahun.
2)
Pengetahuan Sebelum dan
Setelah Penyuluhan
Tabel
2.2
Pengetahuan
Responden Sebelum Penyuluhan Pentingnya Imunisasi di Posyandu Mawar I Kelurahan
Gantarangkeke
Kecamatan
Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
Tahun
2016
Pretest
|
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
Postes
|
Jumlah
(n)
|
Persen
(%)
|
Cukup
|
3
|
23.1
|
Cukup
|
13
|
100
|
Kurang
|
10
|
76.9
|
Kurung
|
0
|
0
|
Total
|
13
|
100,0
|
Total
|
13
|
100,0
|
Sumber:
Data Primer 2016
Dari Tabel 2.2 pengetahuan
responden sebelum penyuluhan tentang pentingnya
Imunisasi di Posyandu Mawar IKelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng sebesar 76.9% yang memiliki
pengetahuan kurang dan sebesar 23.1 % yang memiliki pengetahuan cukup mengenai
pentingnya Imunisasi.
Kemudian, pengetahuan
responden setelah penyuluhan tentang pentingnya
Imunisasi di Posyandu Mawar IKelurahan Gantarangkeke
Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng sebesar 100 % responden yang
memiliki pengetahuan cukup dan 0 % responden yang memiliki pengetahuan kurang.
k.
Analisis Bivariat
Analisis ini untuk
mengetahui peran penyuluhan pentingnya Imunisasi terhadap pengetahuan responden
baik sebelum ataupun setelah penyuluhan. Pada analisis ini kami menggunakan uji
Mc Nemar dengan menggunakan tabel 2x2.
Tabel
2.3
Cross
Tabulasi Pengetahuan Responden Sebelum dan Setelah
Penyuluhan tentang Pentingnya Imunisasi
di Posyandu Mawar I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten
Bantaeng Tahun 2016
Pretest
|
Jumlah (n)
|
Persen (%)
|
Postes
|
Jumlah
(n)
|
Persen
(%)
|
Hasil
|
Cukup
|
3
|
23.1
|
Cukup
|
13
|
100
|
|
Kurang
|
10
|
76.9
|
Kurung
|
0
|
0
|
P=0.002
|
Total
|
13
|
100,0
|
Total
|
13
|
100,0
|
|
Sumber: Data Primer 2016
Setelah di cross tabulasi
dengan menggunakan uji Mc Nemar pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di
Posyandu Mawar I diperoleh bahwa angka significancy menunjukkan 0,002. Karena Nilai
p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan berbeda secara bermakna.
4. Penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD)
a.
Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat utamanya para petani tentang pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD).
b.
Sasaran
Kelompok
tani Jaya Dampang
c.
Tempat
Adapun tempat yang dijadikan lokasi
penyuluhan yaitu Rumah Ketua Kelompok Tani Jaya Dampang.
d.
Waktu
Waktu
dalam melakukan penyuluhan mengenai alat pelindung diri yaitu hari Ahad tanggal
18 Januari 2015. Pukul 19.00-selesai.
e.
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yaitu berupa data primer dengan menggunakan kuesioner tentang
pengetahuan petani dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) khususnya
pengetahuan mengenai penggunaan masker
pada saat bekerja.
5.
Penyuluhan Sampah, Pengolahan Kembali Sosialiasi Pengorganisasian Bank
Sampah
a.
Pelatihan Daur Ulang
Sampah Plastik
1)
Tujuan
Untuk meningkatkan kreatifitas
Ibu Rumah Tangga yang ada di Desa Dampang guna mengurangi volume sanpah plastik
di Kelurahan Gantarangkeke
2)
Sasaran
Ibu Rumah Tangga
3)
Tempat dan waktu
Pelatihan daur ulang
sampah dilakukan pada tanggal 17 Januari 2016 di rumah ketua Kelompok Tani
Jaya. Peserta dari Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini yaitu ibu-ibu
Majelis Ta’lim Dampang. Jumlah peserta dari kegiatan pelatihan tersebut
sebanyak 15 orang. Pelatihan Daur Ulang Sampah Plastik ini merupakan salah satu
program yang dilakukan bersama posko 11.
4)
Hasil
Dari pelatihan yang telah kami buat, ibu-ibu Majelis
Ta’lim dapat membuat produk kreatifitas
dari sampah plastik dengan angka 100% dari kehadiran intervensi daur ulang
sampah ini.
b.
Sosialisasi dan
Pengorganisasian Bank Sampah
1)
Tujuan
Untuk membantu masyarakat dan pemerintah kelurahan
Gantarangkeke dalam menangani masalah sampah yang ada.
2)
Tempat dan Waktu
Bank sampah adalah
suatu wadah yang akan digunakan untuk mengelolah sampah-sampah anorganik yang
ada di wilayah kelurahan Gantarangkeke. Sosialisasi terkait bank sampah
dilaksanakan pada hari senin tanggal 18 Januari 2016 di Aula Kantor Kelurahan
Gantarangkeke.
3)
Hasil
Kami mendapatkan warga yang rela menghibahkan
tanahnya untuk keperluan intervensi Bank Sampa ini, yng didalamnya dihadiri
oleh pihak BAPEDALDA, sebagai pihak yang kami undang untuk melakukan advokasi
untuk penyelanggaraan Bank Sampah ini.
B. Pembahasan
1.
Focus Discussion Grup
(FGD)
Dalam diskusi yang dilakukan bersama dengan tokoh
masyarakat dan para warga, mereka mengharapkan bahwa dalam intervensi yang
dilakukan untuk pemanfaatan sampah yaitu dengan pengadaan Bank Sampah dan
penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta penggunaan
alat pelindung diri (APD) dan imunisasi. Hal ini disebabkan karena pada
Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang sampah belum terkelola dengan
baik. Masalah imunisasi terfokus pada lingkungan Tombolo dikarenakan masih
kurangnya kesadaran ibu-ibu balita untuk membawa balitanya ke posyandu.
2.
Pelatihan Daur Ulang
dan Pengorganisasian Bank Sampah
a.
Pelatihan Daur Ulang
Sebelum Pelatihan Daur
Ulang Sampah Plastik dilaksanakan, terlebih dahulu peserta dihimbau untuk
membawa alat dan bahan berupa botol plastik bekas dan gunting. Alat dan bahan
yang lain disiapkan oleh posko 12 dan posko 11 yaitu kawat, korek api, dan
kantong plastik.
Dalam Pelatihan Daur
Ulang Sampah Plastik, peserta sangat antusias mendengarkan arahan yang
diberikan oleh kami. Kreativitas yang diajarkan yaitu membuat bunga matahari,
bunga keladi dari botol plastik dan bunga dahlia dari kantong plastik bekas.
Setelah pelatihan selesai, para peserta merangkai bunga yang telah mereka buat.
b.
Sosialisasi dan
Pengorganisasian Bank Sampah
Sosialisasi tersebut
dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah setempat,
Kelompok Tani, masyarakat kelurahan Gantarangkeke, serta perwakilan dari Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Bantaeng (BAPEDALDA) sekaligus sebagai
pemateri dari sosialisasi pembentukan Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke.
Dalam sosialisasi
tersebut, pemateri menyampaikan dampak sampah terhadap lingkungan dan kesehatan
serta pengorganisasian Bank Sampah. Setelah pemaparan materi selesai, para
peserta sosialisasi diberikan kesempatan untuk bertanya terkait dengan
pengorganisasian Bank Sampah. Peserta sangat antusias terkait dengan akan
dibentuknya Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke. Dalam diskusi yang dilakukan
peserta dengan pemateri, muncul sebuah masalah mengenai tempat atau lahan yang
akan digunakan sebagai tempat penampungan sampah. Namun masalah tersebut telah terpecahkan dengan adanya
seorang warga yang bersedia memberikan lahannya sebagai tempat penampungan
sampah.
Setelah sosialisasi
terkait pembentukan Bank Sampah, kami kembali mengadakan rapat pembentukan
pengurus Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke pada hari selasa, 19 Januari 2016
di Aula Kantor Kecamatan Gantarangkeke yang dihadiri oleh tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, pemerintah setempat, Kelompok Tani, masyarakat
kelurahan Gantarangkeke, serta perwakilan dari Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah Bantaeng (BAPEDALDA). Para peserta berembuk untuk menentukan
pengurus bank sampah kelurahan Gantarangkeke. Adapun hasil dari rapat pembentukan
pengurus yaitu terpilihnya pengurus inti bank sampah kelurahan Gantarangkeke
yaitu penanggungjawab, penasehat, ketua, sekretaris, dan bendahara.
Dalam rapat tersebut
diputuskan bahwa Surat Keputusan (SK) dari pengurus bank sampah akan
dikeluarkan di Kelurahan Gantarangkeke. Namun berhubung waktu Pengalaman
Belajar Lapangan (PBL) II telah selesai, maka sebagai tanda telah terbentuknya
Bank Sampah Kelurahan Gantarangkeke dibuatlah berita acara yang ditandatangani
langsung oleh Ibu Lurah Gantarangkeke. Selanjutnya, kami akan mengontrol bank
sampah di kelurahan Gantarangkeke melalui perwakilan dari Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Daerah Bantaeng (BAPEDALDA) dalam hal ini penasehat Bank
Sampah Kelurahan Gantarangkeke.
3.
Penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Penyuluhan mengenai
PHBS dan menggosok gigi sasarannya tertuju pada anak usia dini yaitu play
group Sinar Ujung Lingkungan Ujung Pangi Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten
Bantaeng, dimana kami mengangap setelah mendapatkan penyuluhan anak-anak
tersebut dapat memahami dan menyebarkan informasi tersebut kepada keluarga dan
orang-orang disekitar mereka untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat selain
itu juga diharapkan agar anak-anak sedini mungkin telah mengetahui bahaya dan
dampak yang akan ditimbulkan apabila PHBS dan Menggosok gigi tidak diterpakan
sehari-sehari.
4.
Penyuluhan Alat
Pelindung Diri (APD)
Penyuluhan mengenai
alat pelindung diri (APD) tertuju pada petani yang berada di Lingkungan Tombolo,
Ujung Pangi, dan Dampang I Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng
dan memperlihatkan setidaknya masker sederhana yang bisa digunakan saat bertani
agar pestisida yang disemprotkan dapat dinetralisir atau dapat dikurangi selain
itu juga dengan menggunakan pakaian yang tertutup saat bertani agar mereka
dapat terhindar dari gatal-gatal mata memerah dan hal-hal yang dapat menggangu
kesehatan.
Lokasi yang dijadikan
tempat penyuluhan mengenai Alat Pelindung Diri (APD) yaitu di sekretariat
Kelompok Tani Jaya Dampang yang ada di Lingkungan Dampang Kelurahan
Gantrangkeke Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng. Adapun jumlah
responden yaitu 14 orang dengan masing-masing setiap dusun dihadiri oleh kelompok
tani maupun masyarakat umum.
Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi dari umur, tingkat
pendidikan dan lama penggunaan pestisida. Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa
kelompok umur yang tertinggi adalah berusia
40 dan 50 tahun yang masing-masing berjumlah 2 orang (14,3%). Tingkat
pendidikan responden yang paling tinggi adalah SD yaitu sebanyak orang (28,%).
Kemudian berdasarka lama penggunaan pestisida yang paling tinggi adalah 3 dan
30 tahun (21,4%), tetapi jika dilihat lama penggunaan pestisida, ada salah satu
responden yang sudah 50 tahun (7,1%) menggunakan pestisida.
Berdasarkan kelompok
umur bahwa kebanyakan petani berusia rata-rata 30 tahun keatas sehingga tingkat
keterpaparan pestisida atau bahan kimia lebih besar dan disertai dengan lama
penggunaan pestisida yang hampir telah menggunakan pestisida diatas 10 tahun.
Petani bisa saja terkena penyakit akibat kerja (PAK) apabila pengetahuan
mengenai pengendalian risiko ditempat kerja sangat kurang. Ada lima jenis
pengendalian risiko ditempat kerja dan pengendalian alternatif yang dilakukan
dan paling memungkinkan dilakukan pada petani di dusun taricco dan bonto-bontoa
adalah dengan penggunaan alat pelindung diri (APD). Salah satu alat pelindung
diri yang digunakan adalah masker. Masker ini dapat mengurangi sedikit risiko
keterpaparan bahan kimia atau pestisida pada petani.
Pengetahuan responden
adalah segala sesuatu yang diketahui pekerja mengenai alat pelindung diri (APD)
baik itu manfaat maupun akibat tidak menggunakannnya. Dari hasil penelitian,
pengetahuan responden dibagi menjdi dua kategori yaitu baik dan buruk. Dari
tabel 1.4 yaitu pengetahuan sebelum penyuluhan dapat diketahui kategori baik
(50%) dan kategori buruk (50%). Kemudian dari tabel 1.5 yaitu pemgetahuan
setelah penyuluhan dapat diketahui kategori baik (92,9%) dan kategori buruk
(7,1%). Sehingga dari hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan.
C. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi
sehingga kegiatan PBL II ini dapat berjalan sesuai yang diharapkan, antara lain
:
1.
Berkat dukungan dan
partisipasi dari pemerintah setempat khususnya Lurah Gantarangkeke beserta
aparat lainnya yang sangat membantu demi suksesnya PBL II untuk melakukan
intervensi.
2.
Keterbukaan, sikap ramah dan
kerjasama dari tokoh masyarakat dan tokoh agama di Kelurahan Gantarangkeke.
3.
Semangat, kerjasama dan
kekompakan dari teman-teman peserta PBL Posko 12 dalam melakukan intervensi
fisik dan non-fisik yang dilakukan.
4.
Kerjasama rekan-rekan PBL
lainnya yang telah memberikan masukan terhadap kami sehingga kami bisa
bersemangat dalam melakukan intervensi di Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan
Dampang I.
5.
Adanya bimbingan, arahan dan
masukan dari pembimbing PBL II sehingga memudahkan kami dalam melakukan
intervensi.
6.
Berkat dukungan dan kerjasama
dari dosen sehingga kegiatan PBL II ini dapat terselenggara dengan baik tanpa
ada hambatan, gangguan dan tantangan dari luar.
7.
Partisipasi koordinator
kecamatan yang telah banyak membantu sehingga memudahkan kami dalam hal
administrasi.
D. Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi sehingga kegiatan
PBL II ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, antara lain:
1.
Ada beberapa masyarakat
yang menggunakan bahasa daerah sehingga saat melakukan penyuluhan kami sedikit terkendala.
2.
Kondisi atau cuaca di
Lingkungan Tombolo, Ujung Pangi, dan Dampang I Keluragan Gantarangkeke yang
selalu berubah-ubah sehingga ada beberapa kegiatan yang tertunda.
3.
Hilangnya kuesioner pre
test dan post test Alat Pelindung Diri (APD) yang telah digunakan pada saat
penyuluhan Alat Pelindung Diri (APD).
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan di mesjid Nurul
Jihad lingkungan Tombolo RW1 kelurahan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, yang
menjadi prioritas masalah selama PBL I ada 4 dan intervensi yang akan dilakukan
yaitu :
1.
Penyuluhan Pengolahan
Sampah
Dalam program kerja yang
telah disusun, kami menetapkan masalah sampah sebagai perioritas masalah yang
paling utama yang memerlukan intervensi, baik itu berupa interfensi fisik dan
nonfisik telah dilakukan. Dari segi intervensi fisik kami melakukan pelatihan
pengembangan berupa mengajarkan kepada ibu-ibu majelis taklim dalam mengelola
sampah plastik menjadi sebuah karya seni berupa kreatifitas, yang secara
kualitatif dapat digambarkan bahwa besarnya antusias ibu-ibu terhadap kegiatan
pelatihan yang dilakukan. Dan untuk intervensi dari segi nonfisik kami
melakukan penyuluhan tentang pengolahan sampah dengan sebagai sasaran yakni
anak SD Inpress Dampang. Dari kegiatan itu, diperoleh bahwa adanya perubahan
pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan sesudah penyuluhan tentang
pengolahan sampah.
2.
Penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Setelah di cross tabulasi
dengan menggunakan uji Paired T-Test
pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan di SD Inpres Dampang
diperoleh bahwa angka significancy menunjukkan 0,001. Karena Nilai
p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan terdapat perbedaan secara bermakna.
3.
Penyuluhan Alat
Pelindung Diri (APD)
Lokasi yang dijadikan tempat penyuluhan mengenai
alat pelindung diri (APD) adalah di sekretariat Kelompok Tani Jaya Dampang yang
ada di Lingkungan Dampang Kelurahan Gantrangkeke Kecamatan Gantarangkeke
Kabupaten Bantaeng. Adapun jumlah responden yaitu 14 orang dengan masing-masing
setiap dusun dihadiri oleh kelompok tani maupun masyarakat umum
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik
responden bervariasi dari umur, tingkat pendidikan dan lama penggunaan
pestisida. Dari hasil penelitian, pengetahuan responden dibagi menjdi dua
kategori yaitu baik dan buruk. Dari tabel 1.4 yaitu pengetahuan sebelum
penyuluhan dapat diketahui kategori baik (50%) dan kategori buruk (50%).
Kemudian dari tabel 1.5 yaitu pemgetahuan setelah penyuluhan dapat diketahui
kategori baik (92,9%) dan kategori buruk (7,1%). Sehingga dari hasil penelitian
menunjukkan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan.
4.
Imunisasi
Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menambah
pengetahuan masyarakat terkait dampak buruk dari tidak Imunisasi serta efek
alamiah Imunisasi di Lingkungan Tombolo Kelurahan Gantarang Keke. Kegiatan ini
dilaksanakan di Posyandu Mawar I Tombolo. Adapun sasaran dari kegiatan ini
ditujukan kepada Ibu yang memiliki balita.
Target peserta – 23 Peserta Hadir – 13 Target penyuluhan – 20 menit
Realisasi – 25 menit Terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah
penyuluhan terkait pentingnya Imunisasi. Setelah di cross tabulasi dengan menggunakan uji Mc Nemar pengetahuan
sebelum dan setelah penyuluhan di SD Inpres Taricco diperoleh bahwa angka significancy menunjukkan 0,002. Karena Nilai
p<0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan antara sebelum dan
sesudah penyuluhan berbeda secara bermakna.
B. Saran
Semoga dengan adanya
laportan PBL II ini pihak pembaca dan penerima laporan bisa mengambil manfaat
dari kegiatan yang telah dilakukan selama PBL II di lokasi. Kritik dan saran
positif dan membangun sangat diharapkan untuk pembuatan aportan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar