Kamis, 24 Maret 2016

peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam bidang Kesehatan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan ibu dan anak, upaya memfasilitasi masyarakat untuk membangun sistem kesehatan kepada masyarakat. Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Tujuan Khusus .Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna.
Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ditinjau dari kurikulum pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat maka kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) khususnya jurusan administrasi kebijakan kesehatan dalam kaitannya dengan manajemen puskesmas sudah memadai. Dimana kompetensi yang dimiliki yaitu mencakup: (1) memiliki kemampuan menganalisis dan sintesis permasalahan kesehatan masyarakat  dan upaya mengatasi masalah tersebut (2) memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun, mengelola dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat, dan (3) memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun proposal penelitian, manajemen kesehatan dan melaksanakannya dengan baik.
Tanpa disadari bahwa tugas atau area profesi kesehatan masyarakat sangat luas.  Peningkatan kesehatan (promotif) dan juga pencegahan penyakit ( preventif) merupakan salah satu keahlian Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dimana kegiatan riil ini untuk mencegah terjadinya berbagai masalah kesehatan, khususnya yang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat (penyakit berbasis lingkungan). Kompetensi yang dimiliki SKM sangatlah cocok untuk diaplikasikan di wilayah kerja Puskesmas dimana berguna untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Tenaga kesehatan masyarakat ?
2.      Bagaimana peran Umum Tenaga Kesehatan Masyarakat ?
3.      Bagaimana Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan ?
4.      Bagaimana peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam meningkatkan kesehatan Ibu dan anak ?
5.      Apa Program Tenaga Kesehatan Masyarakan Dalam Pemantapan KB ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui Pengertian Tenaga Kesehatan Masyarakat
2.      Mengetahui peran Umum Tenaga Kesehatan Masyarakat
3.      Mengetahui peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam bidang Kesehatan
4.      Mengetahui peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam meningkatkan kesehatan Ibu dan anak
5.      Mengetahui Program Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Pemantapan KB





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat adalah salah satu tenaga di bidang kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Ditinjau dari kurikulum pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat, maka kompetensi tenaga kesehatan masyarakat meliputi :
1.      Kemampuan menganalisis dan sintesis permasalahan kesehatan masyarakat dan upaya mengatasi masalah tersebut
2.      Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyusun, mengelola, dan mengevaluasi program kesehatan masyarakat
3.      Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menyusun proposal penelitian, manajemen kesehatan, dan melaksanakannya dengan baik.
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) bermanfaat dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat berbasis lingkungan, termasuk melalukan berbagai kreasi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B.     Peran Umum Tenaga Kesehatan Masyarakat
Secara umum, Peran tenaga Kesmas adalah sebagai berikut:
  1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan, serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan masyarakat;
  2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan Puskesmas;
  3. Menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk teknis sesuai bidang tugasnya;
  4. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat;
  5.  Melaksanakan upaya kesehatan perorangan;
  6. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegah dan pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan khusus lainnya, serta pembinaan pengobatan tradisional;
  7. Melaksanakan pembinaan upaya kesehatan, peran serta masyarakat, koordinasi upaya kesehatan, sarana pelayanan kesehatan, pelaksanaan rujukan medik, pembantuan sarana dan pembinaan teknis kepada Puskesmas Pembantu, unit pelayanan kesehatan swasta, serta kader pembangunan kesehatan;
  8. Melaksanakan pengembangan upaya kesehatan dalam hal pengembangan kader pembangunan di bidang kesehatan dan pengembangan kegiatan swadaya masyarakat di wilayah kerjanya;
  9.  Melaksanakan pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan;
  10. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT;
  11. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD;
  12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
C.    Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Pembangunan Kesehatan
Tenaga Kesmas merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting peranannya dalam pembangunan kesehatan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan, melalui kesadaran yang leih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
1.      Pelayanan Promotif
Untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan, sehingga tercapai tingkatan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Program promotif membutuhkan tenaga-tenaga Kesmas yang handal, terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.
2.      Pelayanan Preventif
Untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini, diperlukan para tenaga Kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan, serta pengendalian penyakit. Program ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga Kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan Kesmas dibidang preventif dan pengendalian, memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga Kesmas juga dapat berperan dicbidang kuratif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar, serta meningkatkan kemampuannya di bidang tersebut.

D.    Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak
Permasalahan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi masih menjadi fokus penting dalam bidang kesehatan. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Anak merupakan dua indicator. Penting keberhasilan pembangunan suatu negara terutama dalam bidang kesehatan , yang menunjukkan derajat kesehatan Negara tersebut. Kedua indikator tersebut masih cukup tinggi di negara miskin dan negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sampai saat ini angka kematia n ibu di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar 307 per 100 ribu kelahiran. Sekitar 75 sampai 85 persen kematian ibu disebabkan oleh sebab langsung ( direct causes ), yaitu: perdarahan post partum, abortus tidak aman, sepsis, persalinan tidak maju dan hipertensi karena kehamilan (misalnya preeklampsia, eklamsia). Kira-kira 15 sampai 20 persen kematian ibu disebabkan oleh sebab tidak langsung (indirect causes), antara lain anemia.
Menurut penelitian para ahli, terdapat beberapa hal penting yang menyebabkan perbedaan status kesehatan ibu di negara miskin/berkembang dengan ibu di negara maju antara lain wanita hamil dinegara maju minimal 10 kali melakukan pemeriksaan kehamilan ditenaga kesehatan yang terampil. Sebaliknya, wanita di negara miskin atau berkembang rata-rata hanya memeriksakan kehamilan satu atau dua kali selama kehamilannya. Karena sosial ekonomi yang baik serta kesadaran terhadap kesehatan yang tinggi, wanita di negara maju mendapatkan gizi yang baik sebelum, selama kehamilan dan selama menyusui. Mereka menyadari benar bahwa gizi ibu merupakan salah satu kunci yang menentukan status kesehatan ibu dan anak yang akan dilahirkannya. Wanita di negara berkembang/ miskin belum tentu memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan bahkan mu ngkin terpaksa harus bekerja keras setiap harinya untuk memenuhi Kebutuhan. Status gizi yang lebih buruk ini membuat ibu hamil rentan terhadap beberapa penyakit terutama anemia dan penyakit infeksi.
Kaum wanita di negara maju identik dengan tingkat pendidikan yang tinggi pula. Mereka biasanya memiliki perencanaan reproduksi secara matang mulai dari kapan menikah, kapan akan hamil, rencana melahirkan berikut pembiayaannya. Sehingga di nagara maju, kasus kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) jauh lebih rendah dibandingkan negara berkembang. Hal tersebut tentu juga berimplikasi terhadap angka kejadian aborsi tidak aman (unsafe abortion). Sebaliknyadi negara berkembang, jangankan merencanakan masalah pembiayaan, kejadian kehamilannya saja banyak yang tidak direncanakan. Kita bias cermati di sekitar kita, kejadian anak sekolah yang terpaksa putus sekolah karena hamil bisa dengan mudah kita jumpai. Kasus wanita meninggal karena aborsi atau tertangkapnya “dukun” yang melakukan aborsi ilegal juga sering kita baca di surat kabar.
Selain beberapa hal tersebut, kematian ibu cukup tinggi di Negara berkembang cukup tinggi juga karena tiga terlambat. Pertama, sebagian besar wanita hamil tidak mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan terlambat untuk mengenalinya. Terlambat lainnya adalah keterlambatan ibu hamil utuk mendapatkan pertolongan. Ini bias disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain “patrilinealisme” yang sangat dipegang oleh masyarakat sehingga untuk membawa ibu hamil ke pusat pelayanan keseh atan harus mendapatkan persetujuan suami atau bahkan keluarga besarnya. Selain itu, di daerah terpencil masih ada kesulitan lain yang cukup mengganggu yaitu masalah transportasi untuk mencapai pusat layanan kesehatan. Itulah mengapa seringkali ibu hamil da tang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan yang cukup mengenaskan. Keterlambatan berikutnya adalah jika ibu hamil bermasalah tersebut sudah sampai ke RS, seringkali perlu waktu berjam-jam untuk menunggu tenaga kesehatan yang terlatih karena Jumlahnya di negara berkembang masih sangat terbatas.
Kalau kita cermati, tingginya kematian ibu juga terkait dengan “tiga terlalu” yaitu terlalu muda/tua, terlalu dekat [jarak kelahiran], terlalu banyak [jumlah anak]. Untuk mengatasi tiga terlalu ini, mungkin strategi yang paling tepat adalah keluarga berencana [KB]. KB selama ini oleh sebagian masyarakat diartikan dengan membatasi jumlah anak. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar dan juga tidak bias disalahkan. Keluarga berencana bisa kita sederhanakan sebagai suatu upaya merencanakan keluarga untuk mencapai keluarga yang sehat dan bahagia/sejahtera.
Dulu pada era orde baru, ketika program KB sangat “booming” dan menunjukkan hasil yang luar biasa, kita begitu akrab dengan slogan “Dua Anak Cukup” atau “Laki Perempuan Sama Saja”, namun saat ini pada era reformasi program KB dan pemberitaannya seperti tenggelam oleh krisis ekonomi ataupun berita-berita kriminal. Karena itu, perlu kiranya kita kembali menyisakan sebagian perhatian kita pada program KB yang ternyata besar pengaruhnya terhadap kesehatan ibu dan anak.
Program KB dapat bermanfaat untuk ikut menekan angka kematian ibu. Pertama, untuk pasangan yang baru menikah, KB dilaksanakan dengan tujuan untuk menunda kehamilan sehingga kejadian kehamilan pada usia yang terlalu muda bisa dikurangi. Usia yang terlalu muda berpengaruh pada kondisi alat reproduksi yang belum terlalu siap/ matang untuk kehamilan dan persalinan. Selain itu secara psikis kesiapan mental untuk menerima kehamilan juga berpengaruh dalam upaya-upaya untuk mempersiapkan diri menjadi seorang ibu, misalnya dalam masalah ekonomi, asupan gizi serta perawatan selama kehamilan/ ANC. Dengan KB, diharapkan pasangan muda akan hamil pada usia yang matang dan kehamilan tersebut benar- benar diinginkan dan direnca nakan. Sehingga bias menekan risiko perdarahan, berat bayi lahir rendah serta aborsi.
Bagi pasangan suami istri yang sudah memiliki anak, KB bertujuan untuk mengatur jarak antar kelahiran serta membatasi jumlah anak. Hal tersebut bertujuan agar setiap anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orangtuanya. Berbeda dengan kehamilan yang terlalu dekat dan banyak, anak terkecil belum “puas” dengan kasih sayang orang tua, ibu sudah hamil lagi. Sehingga perkembangan fisik dan mental anak kurang optimal. Kehamilan dan kelahiran yang terlalu dekat dan sering juga terbukti meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak yang dikandungnya. Apalagi di masa krisis ekonomi seperti ini, perencanaan ekonomi, Termasuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan tentu menjadi pertimbangan betapa pentingnya KB. Jangan sampai punya banyak anak, tetapi kita mendhalimi mereka dengan tidak memberikan hak ASI, perhatian, kasih sayang, pendidikan dan kesehatan yang memang mereka butuhkan.
Karena itu, perlu kiranya pemerintah kembali memberikan perhatian pada program KB ini. Malah kalau memungkinkan program KB ini digratiskan untuk golongan masyarakat miskin, sehingga diharapkan risiko kematian maternal [yang biasanya banyak dialami ibu hamil yang miskin] bisa dikurangi. Karena salah satu hambatan dalam akses KB adalah masalah pembiayaan. Bagi keluarga miskin, kebutuhan KB tentu menjadi prioritas yang kesekian setelah makan dan sandang.
Selain angka kematian ibu, negara miskin dan berkembang masih harus berhadapan dengan tingginya angka kematian anak. Penyebab kematian anak antara lain berat badan lahir rendah [BBLR], asfiksia, pneumonia, campak dan diare. Angka kematian neonatal coba diatasi dengan ante natal care [ANC] dan penyediaan tenaga kesehatan terlatih [misal bidan delima, dukun bersalin terlatih]. Tingginya kematian akibat diare biasanya terjadi karena dehidrasi dan penanganan yang terlambat atau tidak tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan upaya promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih, mencuci tangan dengan sabun serta upaya pemberian rehidrasi oral. Hal yang tidak kalah pentingnya untuk menurunkan angka kematian anak adalah imunisasi. Imunisasi bertujuan mencegah dn mengurangi kejadian penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi serta mencegah terjadinya komplikasi berat yang bisa menyebabkan kematian.

  1. Program Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Pemantapan Keluarga Berencana

Program ini bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan keluarga berencana (KB), dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, termasuk di dalamnya upaya upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas, termasuk sebagai upaya pengendalian pertambahan penduduk.
Kegiatan pokok yang dilaksanakan, antara lain, meliputi:
1.      Pengembangan kebijakan tentang pelayanan KB, komunikasi,
informasi, dan edukasi (KIE) peran serta masyarakat dalam KB
dan kesehatan reproduksi.
2.      Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, dan kesehatan
reproduksi, terutama bagi masyarakat miskin.
3.      Peningkatan penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien
melalui penyediaan sarana dan prasarana pelayanan
kontrasepsi mantap dan berjangka panjang yang lebih
terjangkau dan merata di seluruh wilayah Jawa Timur.
4.      Penyediaan alat, obat dan cara kontrasepsi dengan
memprioritaskan keluarga miskin, serta kelompok rentan
lainnya.                                                         
5.      Penyelenggaraan promosi dan pemenuhan hak-hak dan
kesehatan reproduksi, termasuk advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, dan konseling.

























BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Secara substansi dan kerja, seorang SKM akan sangat berbeda dengan dokter yang lebih bekerja pada bagian kuratif (pengobatan) di dunia kesehatan. Sedangkan seorang perawat bekerja damal bidang rehabilitatif yaitu penyembuhan. Saat ini sarjana kesehatan masyarakat sangat banyak dibutuhkan setelah disadari bahwa dari seluruh masyarakat. jumlah orang sakit hanya sekitar 15-20%. Sisanya sekitar 85-80% lagi merupakan orang sehat, yang jika tidak dijaga kesehatannya akan sakit juga. Jadi SKM harus mampu mengajak masyarakat 85-80% tadi untuk menjaga kesehatannya, terutama kesehatan Ibu dan Bayi, yang dimulai dengan personal higiene nya terlebih dahulu. kemudian menyehatkan sekitarnya sehingga meminimalisir penularan penyakit dan kejadian penyakit. Jadi sekali lagi. SKM itu berbeda dengan dokter dan perawat.
B.     Saran
Kemampuan multi disiplin dan pengalaman yang luas dari sarjana kesehatan masyarakat sangat penting untuk menunjang profesionalisme SKM di masa yang akan datang. Profesionalisme SKM sangat dituntut untuk memberikan layanan ke public berdasarkan kompetensi keilmuan yang dimiliki, bekerja secara tulus, terbuka pada perubahan dan berani menjadi pemimpin.
Untuk dapat mengikuti perubahan dunia kerja yang sangat dinamis, SKM dituntut untuk terus belajar untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga mampu berinovasi berdasarkan kebutuhan pekerjaan. SKM ke depan harus bersifat multi talenta, sehingga dapat menembus batas-batas keilmuan bidang kesehatan yang begitu luas maupun disiplin lainnya.



DAFTAR PUSTAKA












Tidak ada komentar:

Posting Komentar